PUJA88 - Sudah belasan tahun berpraktek saya di lokasi kotor ibu kota, persisnya di lokasi Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku agak banyak, tetapi rata-rata dari kelas menengah ke bawah.
Jadi sekalinya sudah belasan tahun saya berpraktek dengan jumlahnya pasien cukup, saya tetap tidak berani membina rumah tangga, karena saya betul-betul ingin menyenangkan isteriku, jika saya memilikinya nantinya, serta kebahagiaan bisa dengan gampang diraih jika kantongku tebal, simpananku banyak di bank serta rumahku besar.
Tetapi saya belum pernah merintih akan keadaanku ini. Saya tidak mau memperbandingkan diriku pada Dr. Susilo yang pakar bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalinya mereka dahulu waktu masih saling kuliah di fakultas kedokteran seringkali saya membantu dalam hadapi ujian. Mereka ialah bintang kedokteran yang benar-benar cemerlang di bumi pertiwi, tidak cuma ketenaran nama, kekayaan yang terlihat dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dan lain-lain.
Dengan pekerjaanku yang layani warga kelas bawah, yang benar-benar membutuhkan service kesehatan yang dapat dijangkau, saya mendapatkan kenikmatan dengan batiniah, sebab saya bisa layani sama-sama secara baik. Tetapi, di balik itu, saya juga mendapatkan kenikmatan yang sangat benar-benar di bagian non materi yang lain.
Satu malam hari, saya disuruh berkunjung ke pasien yang tuturnya sedang sakit kronis di tempat tinggalnya. Seperti biasa, saya mengunjunginya sesudah saya tutup praktik pada seputar 1/2 sepuluh malam. Nyatanya sakitnya sebetulnya tidak kronis jika dilihat dari kacamata kedokteran, cuma flu berat dibarengi kurang darah, jadi dengan suntikan serta obat yang biasa saya siapkan buat mereka yang kesulitan mendapatkan obat malam malam, si ibu bisa di ringankan penyakitnya.
Waktu saya ingin tinggalkan rumah si ibu, nyatanya tanggul di pinggir sungai bobol, serta air bah menerjang, sampai mobil kijang bututku langsung tenggelam sampai setinggi kira-kira 50 senti serta mematikan mesin yang sudah sempat hidup sesaat. Air dimana saja, serta saya juga menolong keluarga si ibu untuk pindah ke atas, sebab kebetulan rumah petaknya terbagi dalam 2 lantai serta di lantai atas ada kamar kecil hanya satu tempat anak gadis si ibu tinggal.
Sebab tidak ada peluang untuk pulang, karena itu si Ibu tawarkan saya untuk bermalam sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu selekasnya tertidur dengan pulasnya, serta tinggallah saya berduaan dengan anak si ibu, yang nyatanya dalam cahaya remang-remang, terlihat manis sekali, maklum, umurnya saya prediksikan baru seputar awal dua beberapa puluh.
“Pak dokter, maaf ya, kami tidak bisa menyuguhkan apa apa, nampaknya semua perlengkapan dapur terbenang di bawah”, tuturnya dengan suara yang demikian merdu, sekalinya di luar terdengar bentangan hujan masih mendayu-dayu dayu.
“Oh, tidak apa-apa kok Dik”, sahutku.
Serta untuk melalui waktu, saya banyak menanyakan kepadanya, yang nyatanya bernama Sri.
Nyatanya Sri ialah janda tanpa ada anak, yang suaminya wafat sebab kecelakaan di laut 2 tahun waktu lalu. Hanya karena berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, karena itu Sri masih menjanda. Sri saat ini kerja pada pabrik konveksi baju beberapa anak, tetapi perusahaan tempatnya kerja juga terserang efek kritis ekonomi yang berkelanjutan.
Waktu saya melirik ke jam tanganku, nyatanya jam sudah tunjukkan 1/2 dua pagi hari, serta saya lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, karena itu saya anjurkan ia untuk tidur saja, serta sebab sempitnya kamar ini, saya sangat terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri.
Baca Juga : Cerita Seks Janda Cina
Terlihat rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung terlihat bergerak turun naik dengan teraturnya menemani nafasnya. Saat Sri kembali tubuh dalam tidurnya, belahan pakaiannya cukup terungkap, hingga bisa kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang benar-benar dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang terlihat benar-benar melawan. Saya coba merebahkan diri di sebelahnya serta nyatanya Sri masih lelap dalam tidurnya.
Pikiranku menerawang, ingat saya akan Wati, yang memiliki buah dada montok, yang sudah pernah saya tiduri malam minggu waktu lalu, waktu saya melepas capek di panti pijat tradisionil yang ada beberapa di lokasi saya berpraktek. Tetapi Wati nyatanya cuma nikmat dilihat, sebab permainan seksnya jauh dibawah harapanku. Saat itu saya hampir-hampir tidak bisa pulang berjalan tegak, sebab burungku masih keras serta mengacungkan sesudah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, saya tidak terpuaskan dengan seksual, serta sekarang, sudah satu minggu berlalu, serta saya masih memendam berahi antara selangkanganku.
Saya coba meraba buah dada Sri yang demikian melawan, nyatanya ia tidak menggunakan beha dibawah pakaiannya. Teraba puting susunya yang mungil. serta saat saya coba melepas pakaiannya, nyatanya dengan gampang bisa kulakukan tanpa ada membuat Sri terjaga. Saya dekatkan bibirku ke putingnya yang samping kanan, nyatanya Sri masih tertidur.
Saya mulai rasakan kemaluanku mulai jadi membesar serta cukup menegang, jadi saya lanjutkan permainan bibirku ke puting susu Sri yang samping kiri, serta saya mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Berasa Sri bergerak dibawah himpitanku, serta terlihat ia terjaga, tetapi saya selekasnya menyambar bibirnya, supaya ia tidak menjerit. Saya lumatkan bibirku ke bibirnya, sekalian menjulurkan lidahku ke mulutnya. Berasa sekali Sri yang sebelumnya cukup tegang, mulai santai, serta nampaknya ia nikmati permainan bibir serta lidahku, yang dibarengi dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.
Setalah saya meyakini Sri tidak berteriak, saya alihkan bibirku mengarah bawah, sekalian tanganku coba menyibakkan roknya supaya tanganku bisa meraba kulit pahanya. Nyatanya Sri benar-benar bekerja bersama, ia gerakkan bokongnya hingga dengan gampang justru saya bisa turunkan roknya sekaligus juga dengan celana dalamnya, serta waktu itu kilat di luar membuat selintas terlihat pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat antara pangkal pahanya itu.
Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di pinggir bibir besar kemaluannya. Ditengah-tengah atas, nyatanya clitoris Sri telah mulai mengeras, serta saya jilati sepuas hatiku sampai berasa Sri cukup menggerakkan bokongnya, tentu ia meredam gejolak berahinya yang mulai terganggu oleh jilatan lidahku itu.
Sri biarkan saya bermain dengan bibirnya, serta berasa tangannya mulai buka kancing kemejaku, lalu melepas ikat pinggangku serta coba melepas celanaku. Nampaknya Sri mendapatkan dikit kesusahan sebab celanaku berasa sempit sebab kemaluanku yang semakin jadi membesar serta semakin menegang.
Sekalian masih menjilati kemaluannya, saya menolong Sri melepas celana panjang serta celana dalamku sekaligus juga, hingga sekarang kami sudah bertelanjang bundar, berbaring bersama dengan di lantai kamar, sedang ibunya masih pulas di atas tempat tidur.
Mata Sri terlihat cukup terbelalak waktu ia melihat mengarah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, serta batang kemaluanku yang sudah jadi membesar penuh serta dalam kondisi tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang jadi membesar pada ujungnya serta terlihat merah berkilat.
Kutarik kepala Sri supaya mendekat ke kemaluanku, serta kusodorkan kepala kemaluanku mengarah bibirnya yang mungil. Nyatanya Sri tidak canggung buka mulutnya serta mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedang tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Saya memajukan bokongku serta batang kemaluanku semakin dalam masuk mulut Sri. Ke-2 tanganku repot meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan kemaluannya. Saya mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuat menggelinjang, waktu saya rasakan kemaluan Sri mulai membasah, saya tahu, waktunya telah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, serta kudorong Sri sampai telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai dikit renggangkan ke-2 pahanya, hingga saya gampang menyesuaikan diri di atas badannya, dengan dada mendesak ke-2 buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, serta sisi bawah tubuhku ada antara ke-2 pahanya yang semakin dilebarkan. Saya turunkan bokongku, serta berasa kepala kemaluanku sentuh bulu kemaluan Sri, lalu saya geserkan cukup ke bawah serta sekarang berasa kepala kemaluanku ada antara ke-2 bibir besarnya serta mulai sentuh mulut kemaluannya.
Selanjutnya saya dorongkan batang kemaluanku perlahan telusuri liang sanggama Sri. Berasa cukup seret majunya, sebab Sri sudah menjanda dua tahun, serta nampaknya belum rasakan batang kemaluan lelaki semenjak itu. Dengan sabar saya majukan terus batang kemaluanku hingga kemudian ketahan oleh basic kemaluan Sri. Nyatanya kemaluanku lumayan besar serta panjang buat Sri, tetapi ini cuma sesaat saja, sebab selekasnya berasa Sri mulai dikit menggerakkan bokongnya hingga saya bisa menggerakkan batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke liang kemaluan Sri.
Saya biarkan batang kemaluanku di liang kemaluan Sri seputar 20 detik, baru kemudian saya mulai menariknya perlahan, sampai kurang lebih setengahnya, lalu saya dorongkan lebih cepat sampai habis. Pergerakan bokongku nyatanya menghidupkan berahi Sri yang menimpali dengan pergerakan bokongnya maju serta mundur, terkadang mengarah kiri serta kanan serta kadang-kadang bergerak memutar, yang membuat kepala serta batang kemaluanku berasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang semakin membasah.
Tidak berasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan nafsu yang semakin melambung. Untuk pertama kali saya menyetubuhi Sri, saya belum ingin lakukan style yang mungkin akan membuat terkejut, jadi saya lanjutkan pergerakan bokongku ikuti irama bersetubuh yang tradisionil, tetapi ini membawa hasil kesenangan yang sangat benar-benar. Seputar 40 menit selanjutnya, dibarengi dengan jeritan kecil Sri, saya hunjamkan semua batang kemaluanku dalam dalam, kutekan basic kemaluan Sri serta saat itu juga selanjutnya, berasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di kesempitan liang kemaluan Sri serta pancarkan air maniku yang sudah ketahan lebih dari 1 minggu.
Berasa tubuh Sri melamas, serta saya biarlah berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, tetapi masih lumayan besar, serta kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Berasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sekalian memeluk badan Sri yang berkeringat, saya bisikan ke telinganya,
“Sri, terima kasih, terima kasih..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar