Selasa, 13 Juni 2023

Cerita Dewasa Bersama Resepsionis Cantik






PUJA88 > Cerita Dewasa Bersama Resepsionis Cantik - Aku sekarang berumur 37 tahun dan berprofesi sebagai direktur di sebuah perusahaan swasta. Ayahku adalah pendiri dari grup perusahaan ini yang terdiri dari beberapa perusahaan ini. Sebagai “putera mahkota”, aku sangat disegani oleh para karyawan di kantor, termasuk para direktur dan manager professional lainnya. Mereka, para professional itulah yang sebenarnya banyak memberikan kontribusi pada perusahaan, sedangkan aku hanya santai-santai saja dan sekedar memberi instruksi sana-sini.

Di kantor, aku terkenal sebagai seorang playboy. Sebenarnya bukan di kantor saja tetapi sejak SMA dulu. Ditunjang dengan perawakan yang ganteng (kata orang-orang nih) dan berbadan atletis (aku masih keturunan indo dari pihak ibu), juga dukungan financial yang melimpah, tak sulit untuk mendapatkan wanita cantik untuk aku ajak tidur. Seperti kemarin dulu, ketika aku sedang jalan-jalan di mall saat waktu kerja (maklum boss he.. He..) aku menjumpai dua cewek ABG. Mereka baru duduk di bangku SMA, terlihat dari seragam yang mereka kenakan.

Setelah aku ajak makan dan shopping, tak lama mereka sudah melenguh-lenguh aku setubuhi di hotel yang berdampingan letaknya dengan mall itu. Aku sangat puas menikmati tubuh muda dua ABG itu. Mereka masih agak lugu dalam melayaniku, tampak dari cara mereka mengulum kemaluanku yang masih ragu-ragu. Mereka beralasan karena ukurannya terlalu besar sehingga tidak muat di mulut mereka yang mungil, tetapi setelah aku paksa mereka melakukannya juga. Kemudian dari jeritan dan erangan saat aku penetrasi vagina mereka yang sempit, aku berkesimpulan mereka masih jarang melakukan hal ini.

Sedangkan di kantor, aku sering mengajak sekretarisku untuk sekedar bobo siang sehabis makan siang. Lia, sekretarisku itu adalah lulusan D3 dari akademi sekretaris terkenal di Jakarta. Berbody sexy, dengan kulit putih dan berwajah cantik. Dia sudah bertunangan dengan temannya sejak SMA (cinta pertama katanya). Aku kadang kasihan dengan tunangannya itu, yang setiap hari menjemput saat pulang kantor, karena aku telah sering mereguk kenikmatan birahi dari kekasihnya. Bahkan pernah saat dia sedang menunggu di lobby, aku sedang asyik menikmati Lia di dalam kantorku.

Hari ini aku pergi ke kantorku yang terletak di kawasan Kuningan agak siang, karena habis nonton pertandingan piala eropa tadi pagi. Dengan mata yang masih agak mengantuk, aku memasuki lobby kantorku yang terletak di lantai 25.

“Selamat pagi Pak Robert”
“Pagi”

Aku lihat ke arah si penyapa, ternyata dia adalah Noni, receptionist yang sedang tersenyum manis. Noni ini sudah lama aku incar sejak lama, dan berbeda dengan gadis lain yang gampang jatuh ke dalam pelukanku, dia dengan halus selalu menolak jika aku ajak bahkan sekedar makan siang berdua saja. Memang tampaknya dia adalah gadis baik-baik.

Berumur masih 18 tahun, baru lulus SMA dan sedang mengumpulkan biaya untuk kuliah, dia tampak begitu menggemaskan. Gairah gadis muda dengan wajah yang manis, dan tubuh yang proporsional, meskipun masih kalah sexy dari Lia, tapi wajahnya yang imut-imut itu yang mengusik hasrat kelelakianku. Memang aku sangat suka menikmati gadis ABG seperti dia, terutama yang masih belum banyak pengalaman sexnya.

Sampai di ruanganku, Pak Johan tak lama menemuiku untuk membicarakan mengenai proposal proyek yang sedang ia siapkan. Aku tak bisa konsentrasi dalam mendengarkan uraiannya, karena aku masih memikirkan si Noni ABG cantik resepsionisku itu.

“Pak Johan, bagaimana kalau kita bicarakan besok saja, saya sedang agak nggak enak badan nih”
“Oh.. Baik Pak.. Maaf kalau saya mengganggu bapak..”

Beres sudah. Si Johan sudah aku singkirkan. Dalam hatiku aku berpikir yach atur sajalah proposalnya.. Pokoknya kalau nggak gol.. Tinggal aku pecat saja dia he.. He..

Kembali lagi entah mengapa pikiranku kembali ke Noni. Aku harus mengatur rencana agar aku bisa menikmatinya nanti. Segera aku panggil Lia sekretarisku untuk membawa file Noni dari HRD.

“Ini Pak.. Filenya” Lia menyerahkan file yang kuminta.
“Ada lagi yang diperlukan Pak?”
“Kamu suruh Noni menghadap nanti setelah jam kantor selesai” jawabku.

Lia tampak cemburu karena dalam hati dia sudah tahu apa yang akan terjadi nanti. Well, too bad Lia.., walaupun kamu cantik, tapi hari ini aku sedang ingin yang lain. Mungkin besok giliran kamu lagi, kataku dalam hati. Tak sabar aku menunggu jam kantor selesai. Sekitar jan 17.30, terdengar ketukan di pintuku.

“Masuk”
“Selamat sore Pak..” Noni menyapaku dengan penuh hormat.
“Oh.. Noni ayo masuk.. Silakan duduk”

Nonipun duduk di depanku. Tampak dia agak ketakutan aku panggil. Tapi itu tidak mengurangi kecantikannya, dengan blazer coklat yang menutupi baju dalamnya yang tidak bisa menutupi sembulan dadanya yang segar. Roknyapun agak mini sehingga pahanya yang putih tampak menanti untuk aku jamah.

“Ada apa Pakk..” tanyanya agak gugup. Ha.. Ha.. Dia sudah agak terintimidasi nih, pikirku.
“Begini Noni.., karena performance perusahan kita kurang memuaskan akhir-akhir ini, sehingga kita perlu melakukan rasionalisasi karyawan” aku berkata sambil menatap matanya yang mulai tampak kemerahan menahan air mata. Dia sudah merasa akan bahwa dia termasuk yang akan di PHK.
“Kamu termasuk yang harus kita PHK. Jadi kamu bisa mengurus pesangon kamu di HRD besok pagi. Maaf ya Noni..” kataku sambil berharap siasatku ini akan berhasil.
“Tapi Pak..” jawab Noni sambil mulai terisak-isak.
“Saya kan tidak berbuat salah apa-apa. ”

Dalam hatiku aku tertawa mendengarnya. Tidak punya salah? Setelah menggoda kelelakianku begitu lama dan selalu menolak rayuanku? Ha.. Ha.. Salah besar kamu Noni..

“Saya juga harus membantu ibu saya yang sedang sakit Pakk.. Tolong saya Pak Robert.. Saya perlu uang untuk operasi Ibu..”, dia sudah semakin terisak-isak di depanku.

Melihat gadis cantik tak berdaya seperti ini, nafsuku semakin bergolak.. Aku ambil tisu di meja kerjaku dan aku pindah duduk di sebelahnya sambil memberikan tisu itu padanya.

“Sudahlah jangan menangis..” kataku sambil mengelus-elus pundaknya.
“Tapi Pak.. Saya tolong jangan dipecat Pak.. Tolong..” katanya sambil menyeka air matanya.
“Yach.. Noni saya bisa saja membantu kamu, tapi kamu juga harus membantu saya”
“Bantu apa Pak.. ”

Wah ini sih pertanyaan retoris pikirku. Aku yang duduk disebelahnya langsung meraba pahanya sambil menciumi pipinya yang masih agak basah karena air mata itu.

“Jangan Pak..” katanya sambil menghindar.
“Ya sudah kalau tidak mau dibantu” jawabku agak kesal karena menahan nafsuku yang sudah tak tertahankan. Noni masih duduk diam terpaku sambil meremas-remas kertas tisu.
“Ya sudah Noni.. Pergi sana” aku mengusir dia. Semoga saja Lia belum pulang sehingga aku bisa menyalurkan hasratku ini. Noni masih diam. Aku kembali merengkuh pundaknya sambil menciumi pipinya. Kali ini dia tidak menghindar. Berhasil.. Aku bersorak kegirangan dalam hati.
“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya Pak.. Soalnya saya sudah punya pacar”
“Tentu saja sayang..” kataku sambil meremas rambutnya, dan menariknya sehingga wajahnya tepat berada di depan wajahku.

Langsung aku cium dan kulum bibirnya yang tipis merekah itu.. Sementara tanganku telah membuka blazernya sehingga pundaknya yang mulus telah terpampang didepanku. Aku ciumi pundaknya yang mulus dan tali BHnya pun aku gigiti gemas. Sementara tanganku sibuk meraba dan meremas pahanya yang putih bersih itu. Tak tahan aku untuk tidak menikmati buah dadanya yang membusung itu. Aku ciumi dadanya yang masih terbungkus baju dalamnya.

“Emmhh.. Emhh” Noni mulai mengerang menahan nikmat yang mulai dia rasakan.

Tangankupun dengan terampil membuka baju dalamnya sehingga dia tinggal mengenakan BH yang kelihatannya terlalu kecil untuk menampung buah dadanya yang besar itu. Aku ciumi dadanya kemudian aku turunkan cup BHnya sehingga buah dadanya mencuat keluar. Oh.. My god.. Indah sekali buah dada Noni ini. Putingnya kecil berwarna merah muda, yang sudah mengeras. Buah dadanyapun kencang dan kenyal seperti halnya buah dada gadis muda belia seperti dirinya. Langsung aku kulum dan jilat putingnya, sambil tanganku meraba pahanya sampai ke celana dalamnya.

“Ohh.. Pak.. Jangan Pak..” Noni mengerang..

Jangan? Dalam hatiku aku tertawa geli. Mulutnya berkata jangan tapi reaksi tubuhnya berkata lain. Mungkin jangan berhenti maksudnya? Tanganku sudah mengelus-elus kemaluannya yang sudah basah oleh cairan nikmatnya.

“Ayo sayang kita pindah ke sofa” ajakku.
“Jangan Pak..”
“Ayo..!!” perintahku sambil menarik tangannya.

Sebelum dia duduk, aku cium dahulu dia sambil melepas baju dalam dan rok mininya. Tampak dia cantik sekali dengan hanya berpakian dalam begitu. Apalagi buah dadanya sudah mencuat keluar dari BH hitam yang dikenakannya.

“Ayo duduk” perintahku.

Dia duduk di depanku sehingga wajahnya tepat berada di depan kemaluanku. Dengan cepat aku membuka semua pakaianku sehingga tinggal mengenakan celana dalam saja.

“Cepat cium” kataku sambil menyorongkan kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam itu padanya.

Nonipun sudah tampak pasrah dan dia mulai menciumi kemaluanku. Tak tahan, aku suruh dia membuka celana dalamku itu sehingga kemaluanku yang sepanjang 20cm dan seukuran hampir sama dengan pergelangan tangannya melonjak keluar. Noni tampak kaget sehingga agak menjerit tertahan melihat ukuranku itu.

“Kenapa sayang”
“Ihh Pak.. Besar sekali.. Noni takut Pak..”
“Nggak apa.. Ayo diisap” perintahku.
“Ampun Pak.. Jangan Pak.. Nggak muat Pak..”
“Ayo cepat” kataku sambil meremas rambutnya dan mendorong kemaluanku sehingga menyentuh bibirnya.

Aku memang paling kesal dengan karyawanku yang belum apa-apa sudah bilang nggak bisa padahal belum mencoba. Entah dalam pekerjaan kantor sehari-hari atau dalam hal Noni ini untuk memuaskan kejantananku. Nonipun membuka bibirnya dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Tangannyapun mulai mengocok kemaluanku sambil kadang-kadang membelai buah zakarku. Rupanya dia sudah merasa percuma saja menolak sehingga lebih baik menikmati saja aktivitas kita ini.

Kemudian dia sudah mengulum kemaluanku. Akupun berdiri berkacak pinggang didepannya, sementara dia sibuk memberikan kehangatan mulutnya pada bos besarnya ini. Kadang-kadang aku meremas rambutnya yang berjepit rambut berbentuk hati berwarna merah muda sehingga menambah kecantikan kemudaannya.

“Ayo lebih dalam”, kataku sambil berkacak pinggang memberi perintah.

Tampak Noni bersusah payah mengulum kemaluanku walaupun tampaknya baru setengah yang bisa dia masukkan kemulutnya yang mungil. Akupun tak sabar, lalu aku dekap kepalanya dengan kedua tanganku, dan aku maju mundurkan kemaluanku di mulutnya. Terasa sesak tapi sangat nikmat menjalar tubuhku.

“Hmmhh.. Mulutmu enak Noni.. Yach ayo terus hisap.. Pintar.. Good girl..”, erangku menahan nikmat duniawi.

Setelah kurang lebih 15 menit menikmati hisapan dan kuluman Noni si gadis lugu ini, aku duduk di sofa dan memerintahkan dia untuk menaiki tubuhku. Aku sibakkan celana dalam hitamnya sehingga vaginanya yang sempit itu telah siap untuk menelan kemaluanku.

“Ahh.. Ampun Pak.. Sakit..”, erangnya ketika kemaluanku mulai menerobos bibir vaginanya.

Aku tak mempedulikan erangan minta ampunya dan langsung menyodokkan kemaluanku sambil menggoyang-goyangkannya ke kanan dan kekiri. Masuknya agak susah sehingga setelah sedikit aku sodokkan aku goyangkan dulu, baru bisa aku sodokkan sedikit lagi ke dalam. Sementara itu mulutku sibuk menikmati buah dada belianya.

“Pak.. Ampun Pak.. Ahh..” erangannya terdengar makin keras.

Kemaluanku kini sudah 3/4 yang masuk dalam vaginanya. Kemudian aku pegang pantatnya yang sexy itu dan aku kocok keluar masuk kemaluanku dalam lubang surgawinya.

“Pak.. Sudah Pak.. Ampun Pak.. Noni hampir sampai..”

Aku semakin cepat menggenjot Noni, sampai akhirnya dia menjerit tertahan karena mulutnya menggigit tangannya sendiri. Mungkin dia malu untuk menjerit terlalu keras saat orgasme. Memang dia pada dasarnya adalah gadis yang sopan dan baik. Aku belum puas menikmatinya, lalu aku suruh dia menungging di sofa dan aku setubuhi dia dari belakang.

“Pak.. Pak.. Jangan Pak.. Noni sudah capai Pak..” katanya sambil merintih.

Aku terus genjot dilakang sambil sesekali aku jambak rambutnya sehingga kepalanya terdongak kebelakang, sehingga aku bisa menciumi wajahnya yang imut itu. Tanganku pun tidak ketinggalan meremas buah dadanya yang besar dan bergoyang saat aku setubuhi kemaluannya dengan gaya doggy-style itu.

Saat aku sedang asyik menggenjot Noni.., tiba-tiba Lia masuk ruanganku. Rupanya aku lupa mengunci ruanganku tadi.

“Ada apa Lia..?” tanyaku sambil tersenyum sambil terus menyetubuhi Noni.

Nonipun sudah kembali terangsang dan tidak memperdulikan kehadiran Lia. Dia tetap mengerang tertahan sehingga menambah suasana mesum di ruangan itu.

“Ini Pak.. Saya perlu tanda tangan Bapak” jawab Lia sambil merengut cemburu.

Tampak dia memang sengaja ingin melihat aku mengerjai Noni, sehingga bekerja lembur.

“Maaf.. Pak kalau mengganggu..” katanya masih dengan nada cemburu.

Aku ambil surat dari tangannya dan langsung aku tandatangani sambil terus menggenjot Noni.

“Nih.. Udah jangan ganggu saya lagi.. Kamu nggak liat saya sedang sibuk?” kataku dengan suara agak marah.
“Kamu liat khan saya sedang beri training si Noni ini supaya pintar..” kataku sambil menarik rambut Noni sehingga wajahnya menghadap ke Lia.
“Udah pergi sana.. Nanti kalau giliranmu ditraining saya akan panggil OK” kataku sambil tersenyum padanya.

Tampak wajah Lia memerah menahan nafsu melihat adegan persetubuhanku dengan Noni.

“Baik Pak..” jawabnya sambil keluar ruangan.

Tetapi setelah keluar ruangan dia tampak mengintip dari balik vertical blind jendela ruanganku. Ha.. Ha mungkin dia penasaran dan bernafsu sekali melihatku mengerjai Noni. Sementara itu aku balikkan tubuh Noni di sofa dan langsung aku genjot lagi dari depan.

“Aahh.. Pak.. Ampun Pak.. Noni hampir sampai lagi..” erangnya.

Aku cium dia saat dia mencapai orgasmenya yang kedua. Sementara itu akupun sudah merasa akan mencapai puncak. Kucabut kemaluanku dari vagina Noni, dan aku suruh dia kulum dan isap lagi. Aku lirik ke vertical blind dan ternyata masih ada bayangan Lia di sana. Aku ingin dia melihat aku ejakulasi di mulut dan wajah Noni resepsionis yang cantik ini.

“Ayo isap terus Noni.. Kamu luar biasa.. Pintar sekali..” kataku memuji kerja kerasnya.

Aku melihat ke vertical blind sambil tersenyum, tak lupa menyibakkan rambut Noni sehingga Lia dapat melihat dengan jelas saat aku ejakulasi nanti.

“Ahh.. Ohh.. Ohh.. You little slut..” erangku saat cairan ejakulasiku keluar membasahi wajah dan mulut Noni.
“Ayo bersihkan.. Isap sampai bersih..” perintahku.

Nonipun terpaksa menjilati bekas cairan sperma dari kemaluanku. Setelah bersih, kamipun masing-masing mengenakan pakaian kami kembali, dan Noni mengambil tisu untuk menyeka bekas sperma dari wajahnya.

“Maaf Pak.. Terus bagaimana dengan nasib saya..” tanyanya memelas.
“Yach.. Kamu bisa terus bekerja di sini asalkan kamu mau memuaskan saya seperti tadi.. OK?” jawabku.
“Baik Pak.. Terimakasih Pak..”

Ha.. Ha.. Memang enak menjadi bos besar.. Sudah habis-habisan menggenjot gadis muda, masih diberi ucapan terimakasih lagi..

“Ya sudah kamu bisa pulang sekarang” kataku sambil mengemasi barang-barangku juga.

Kamipun keluar dari ruanganku, dan aku lihat meja Lia sudah kosong mungkin sudah pulang tidak tahan melihat adegan live-show aku dan Noni. Sampai di lobby aku bertemu dengan pacar Noni yang ternyata sudah menunggunya untuk mengantar pulang.

“Selamat sore Pak” sapanya penuh hormat.
“Ini Budiman Pak.. Pacar saya” Noni mengenalkanku pada pacarnya.
“Dan ini Pak Robert.. Direktur perusahaan ini”
“Oh ya.. Sori ya lama nunggu tadi?” tanyaku sambil tersenyum. Noni tampak menunduk malu.
“Nggak apa kok Pak” kata Budiman.
“Yach tadi saya harus memberikan sedikit training pada Noni untuk meningkatkan produktivitasnya di perusahaan ini” kataku menjelaskan.
“Ternyata dia pintar.. Kamu beruntung lho punya pacar cantik dan pintar seperti dia” kataku.
“Oh iya Pak terimakasih Pak..” Budiman berkata senang dan penuh hormat.

Ha.. Ha.. Aku tertawa dalam hati.. Noni terdiam saja tersipu mendengar pujianku di depan pacarnya tersayang itu. Akupun menaiki lift untuk menuju gedung parkir. Setelah itu aku langsung tancap gas Mercy silver metalikku untuk segera sampai di rumah untuk tidur karena badanku sudah pegal-pegal habis menyetubuhi Noni tadi. Kusetel lagu Al Jarreau, sambil berdesah puas. Sukses rencanaku hari ini. Noni sudah takluk di tanganku.

Baca Juga : Cerita Dewasa Kenikmatan Buat Keponakan

Sekeluar dari komplek gedung perkantoranku, tiba di lampu merah, aku melihat Budiman sedang menggonceng Noni dengan motor bututnya. Noni melihat ke arahku sambil tersenyum malu. Akupun tersenyum padanya sambil berharap semoga aku tidak cepat bosan menikmati tubuhnya, sehingga dia tak perlu aku pecat untuk aku ganti dengan yang baru.

 

Minggu, 11 Juni 2023

Cerita Dewasa Cemburu Membawa Sensasi








PUJA88
> Cerita Dewasa Cemburu Membawa Sensasi - Namaku Ryan. Usiaku 28 tahun. Aku akan menceritakan tentang kisah kehidupanku yang kemudian mengubah pola pikirku dalam memahami cinta dan nafsu.

Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat aku mempunyai seorang pacar yang sedang mengerjakan skripsi guna menyelesaikan studi S1-nya. Sebagai seorang pacar aku selalu mencoba menemaninya mengerjakan skripsi namun di sisi lain sebagai seorang karyawan aku pun harus mengutamakan pekerjaanku. Kisah ini terjadi pada 28 Juli 2004 di suatu senja di kota K.

"Hallo Ryan.. 'Met sore" Risa pacarku meneleponku.

O ya, sebagai gambaran, aku mempunyai pacar yang sangat cantik, wajahnya hampir mirip artis yang sering tampil di layar televisi, bodynya sexy, montok, serta ukuran BH-nya 36 B.

"Hallo juga Risa, lagi dimana nih?"
"Aku di rumah, eh kamu ada acara nggak?"
"kalau ya kenapa dan kalau nggak kenapa"
"Eku mau minta tolong dong, ortuku kan lagi pergi ke Jakarta. Di rumah aku sendirian, aku mau garap skripsi. Mau nggak nemenin aku?"
"Kapan?"
"Setahun lagi.. Gimana sih ya sore ini dong"
"Yah kalau sore ini aku nggak bisa, aku udah janjian ama temen bisnisku untuk merancang pembuatan proposal proyek"
"Ya udah kalau nggak bisa aku minta temenin temen kampusku aja biar sekalian busa diskusi"

Aku kemudian bergegas untuk pergi dengan teman bisnisku, sebenarnya ingin sekali aku menemani Risa, namun apa boleh buat karena aku berpikir bisnis ini kan juga untuk masa depan kami berdua, jadi nggak mungkin aku batalkan. Sementara Risa kemudian mengajak temennya Rico yang memang sudah kukenal untuk menemaninya mengerjakan skripsi. Rico ini adalah sahabat Risa, teman sekampusnya. Kalau kulihat dari tatapan matanya aku tahu betul kalau Rico itu naksir kepada Risa, apalagi memang Risa orangnya sangat friendly dan cantik lagi sehingga siapapun lelaki pasti tak akan menolaknya ketika diajak menemani.

Acara dengan rekan bisnisku ternyata tidak berlangsung lama, karena ternyata ia ada saudaranya yang meninggal sehingga harus segera pergi. Di satu sisi aku girang juga karena aku segera dapat menemani kekasihku Risa. Segera kupacu mobilku menuju ke rumahnya. Sengaja aku tidak meneleponnya karena aku akan memberi kejutan kalau aku bisa menemaninya. Terbayang wajahnya yang cantik, aku ingin memeluknya dan segera berduaan dengannya. Tiba-tiba di tengah jalan aku teringat kalau ia tadi sudah menelepon temannya Rico. Entah mengapa tiba tiba aku jadi cemburu membayangkan mereka lagi berduaan dan bercanda ria. Padahal aku biasanya tidak merasakan ini karena aku paham betul siapa Rico.

Pukul 20.00 tepat sampailah aku di rumah Risa. Sayup-sayup kudengar orang tertawa-tawa dari dalam, sepertinya mereka tidak menyadari ada orang yang datang. Kuurungkan niatku untuk menekan bel, aku ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan, sehingga aku mencoba mengintip dari jendela kaca. Kulihat mereka lagi bercanda, apalagi Rico orangnya memang pintar melawak. Ada perasaan cemburu dalam dadaku melihat keasyikan mereka berdua. Sesekali kulihat Risa mencubit Rico karena saking gemasnya. Aku betul-betul tak tahan melihatnya. Langsung kubuka pintu depan rumahnya, hingga membuat mereka terkejut.

"E Ryan.." Serempak mereka mengucapkan itu melihat kedatanganku.
"Katanya garap skripsi kok malah asyik berduaan gitu?" bentakku ke Risa, karena cemburukku yang tidak terkontrol.
"Iya.. Kita kan lagi istirahat dulu" jawab Risa sambil tergagap. Kulihat Rico hanya diam saja mematung. Nampaknya ia tidak mau terlalu ikut campur karena "internal" kami.
"Kok nggak ada buku-bukunya?" tanyaku dengan kesal.

Tanpa menunggu jawaban kemudian aku keluar sembari membanting pintu menuju mobilku yang kuparkir di halaman. Aku sendiri tidak paham kenapa aku bisa secemburu ini padahal aku juga sudah kenal baik dengan Rico dan aku pun paham meski pun kadang Risa agak sedikit genit namun dia tidak mungkin melakukan hal yanhg aneh-aneh dan melebihi batas.

Aku masuk ke mobilku dan kustarter mobilku, tiba-tiba Risa keluar dari rumah dan berteriak-teriak memanggil namaku.

"Ryan.. Ryan.." Ia langsung masuk ke mobillku.
"Kamu kenapa sih Ryan kok nggak biasanya kamu begitu?"
"Gak usah banyak tanya, kan udah jelas kamu ini nggak tahu diri, aku lagi susah-susah untuk berusaha mengerjakan bisnis untuk masa depan kita berdua tapi kamu malah enak-enakan, bermesra-mesraan dengan Rico"
"Kamu jangan salah paham Ryan.. Kok tega kamu menganggap aku serendah itu, aku kan hanya minta tolong sama rico apalagi dia yang lebih paham masalah skripsi ini.. Kamu jahat Ryan" Risa mencoba menjelaskan sambil menangis.

Melihatnya menangis aku menjadi iba, teringat aku akan kebaikannya, lucunya, keceriannya, bibir seksinya.
Sejenak aku diam, kemudian kurengkuh badannya dalam pelukanku.

"Tapi kamu nggak selingkuh kan sayang?"

Risa menggeleng, kuseka air matanya, kuelus pipinya kemudian kukecup bibirnya. Ia membalas, lidah kami saling bertautan.

"Uhh.., ogh.." ia melenguh ketika sambil kucium bibirnya tangan bergerilya ke payudaranya.
"Uhh Ryan.. Aku sayang kamu" ciuman lidahnya makin panas dalam mulutku, sementara tanganku terus bergerilya pada dua buah dadanya yang montok.

Aku tahu betul kalau Risa ini paling tidak tahan ketika dadanya di sentuh, apalagi kalau putingnya di pegang pasti langsung mengeras bagaikan tersengan listrik 3000 volt.

"Ahh.. Uh.. Ryan.. Aku nggak tahan, kita lanjutin di kamar yuk.. Gak enak kalau kelihatan orang"

Wajah Risa memerah, nampak sekali kalau ia menahan gairah yang luar biasa. Tanpa banyak bicara langsung kupapah Risa sambil terus berangkulan menuju kamarnya. Kulihat di ruang tengah Rico tak ada, mungkin ia sedang di belakang. Tapi kami tak ambil pusing, langsung kubawa Risa ke kamarnya. Tanpa sempat menutup pintu sehingga
streaming bokep agak terbuka sedikit. Kurebahkan tubuh Risa di kasur, kuciumi bibirnya, pipinya dan tak ingun kulepaskan.

"Ohh.. Ryan.. Uh.. Nikmat sekali" Risa terus menggelinjang ketika kubuka bajunya.

Tersembul di depan mukaku dua buah gunung yang masih terbungkus kain meski tidak menutupi semuanya. Putih bersih begitu indah dan menggairahkan. Kuciumi kembali 'buah' yang masih tertutup itu.

"Uh.. Ogh.. Uh.. Ogh.."

Desahan suara Risa semakin menggairahkan aku untuk terus memainkan payudaranya. Perlahan kubuka kait tali BH nya dari belakang, sedikit demi sedikit kutarik semua BH nya.

"Oh.."

Lenguhan Risa semakin kencang. Sejenak kupandangi dua buah gunung yang sudah tak berkain lagi, tampak putingnya yang kecoklatan mengeras tegak seolah memanggilku untuk segera menjilatnya

"Kok dipandangi aja sih.. Cium dong".

Risa memintaku seakan tak sabar untuk segera memintaku melumat habis putingnya. Kudekatkan perlahan kepalaku di dadanya. Kujilat-jilat kulit di sekitar putingnya sembari menggodanya untuk memberikan sensasi yang luar biasa.

"Oh.. Oh, ogh," Risa merintih ketika lidahku tepat berada di putingnya. Kubasahi putingnya dengan ludahku.
"Aughh.. Ohh.. Ogh.." Rintihan dan lenguhannya makin keras saat kutarik putingnya dengan mulutku..
"Ohh.. Ambil semua Ryan.. Ambil semua.. Aku milikmu Ryan" napas risa semakin tak beraturan menggelinjang ke kanan ke kiri bagai cacing kepanasan.

Sementara itu akibat kelalaian kami tak menutup pintu, sepasang mata terus mengamati aktivitas yang aku dan Risa lakukan. Di luar sepengetahuanku, Rico ternyata mengintip perbuatan kami. Memang bukan sepenuhnya dia yang salah tapi juga karena keteledoran kami yang karena terlalu asyik tidak sempat menutup pintu.

Aku terus mencumbu Risa, kujilat perutnya dan terus kebawah. Pelan namun pasti kubuka celana jeans Risa, tangannya secara refleks juga ikut membantu menurunkan celananya. Terlepaslah celana jeans biru Risa, kini yang tertinggal hanyalah celana dalam warna pink yang di dalamnya tampak gundukan hitam yang ditumbuhi rambut ynag cukup lebat.

"Oh.. Rico.." Teriak tertahan Risa yang makin terangsang, sambil menggigit bibir menahan gelora nafsu yang kian panas.
"CD-mu lepas sekalian yah?"
"Ehm.." Ungkap Risa sembari menggangguk, seakan tak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata.

Kini Risa telah telanjang bulat di depanku, bodynya betul-betul menggairahkan membuat 'adik' kecilku yang masih tersimpan di celana berontak meminta untuk keluar ikut bergabung.

"Kamu lepasin juga dong pakaianmu.. Kan nggak adil kamu masih lengkap aku dah telanjang bulat gini"

Tanpa banyak bicara kulepaskan seluruh pakaianku, hingga keluarlah senjataku yang telah berdiri tegak dan bersiap menjemput mangsanya. Kutundukkan kepalaku untuk menciumi gundukan bukit kecil Risa yang ditumbuhi hutan hitam yang lebat.

"Ohh.. Uhh.. Ugh" teriakan Risa makin tak beraturan, apalagi saat kutemukan benda kecil bagai kacang berwarna merah dan basah. Sejenak kupandangi kemudian kembali kusapu dengan lidahku meminum sari-sari kacang itu dengan nikmatnya.
"Ah.. Ryan.. Kamu pintar sekali, terusin Ryan.. Terusin" sambil menggelinjang tangan Risa mencari-cari sesuatu. Ups.. Akhirnya ia dapatkan juga tongkatku yang sudah tegak.
"Oh.. Oh.." aku pun mendesah geli ketika tongkatku dipegang tangan halusnya, perlahan tongkatku dikocoknya.
"Uh.. Uh.." Aku semakin tak tahan merasakan sensasi yang begitu nikmat.

Tiba-tiba Risa bergerak memutar tubuhnya hingga mulutnya persis berada di 'adik' kecilku seolah ia mau berdiskusi lebih jauh dengan 'adik'ku yang gagah. Sedangkan mulutku juga tepat berada di bukit yang di tengahnya terdapat lorong ditutup kacang. Kami bermain dengan gaya 69.

"Oh.. Uhh.. Ogh.."
"Ah.. Uh.. Slurp.. Slurp.." Bunyi gesekan mulut dan tongkat serta mulut dan gua makin keras terdengar. Kami asyik dengan mainan kami masing-masing hingga berlangsung sekitar 20 menit.
"Ryan.. Aku nggak tahan lagi, masukin dong tongkatmu ke guaku" Rengek Risa sambil terus berdiskusi dengan tongkatku, dijilatnya tongkatku hingga licin, bahkan sesekali telornya pun ia cicipi juga.
"Ryan.. Please.. Cepetan donk.. Aku nggak tahan lagi.."
"He eh.." Jawabku sambil terus menikmati kacangnya..
Beberapa saat kemudian kuputar badanku pada posisi semula. Risa mengangkangkan kakinya hingga gundukan bukit itu nampak jelas sekali. Hutannya yang hitam dan rimbun membuat pemandangan tampak begitu indah, begitu pula 'kacang basahnya' yang melambai-lambai. Wajahnya yang merah, bibirnya yang seksi menahan gairah semakin menambah kecantikannya malam ini.

"Cepetan dong Ryan.." Perlahan namun pasti kugerakkan tongkatku menuju gua yang lebat itu
"Ouhh.." Risa merintih saat kepala tongkatku mulai masuk kemulut gua yang sudah basah dan licin.
"Ah.. Ouh.. Ohh."
"Oh.. Oh.. Uhh.."

Desahannya dan desahanku bersahutan tatkala pelan-pelan batang tongkatku masuk ke dalam gua. Sejenak tongkat itu kutarik keluar kemudian kumasukkan lagi dengan sangat perlahan.

"Ahh.. Ouhh.. Nikmat sekali Ryan.. Ohh"
"Aku sayang kamu Risa"
"Aku juga Ryan.. Oh nikmat sekali.. Ohh"

Tongkatku terus bersenam maju mundur di dalam gua Risa. Sementara itu mulutku juga terus bergerilya di gunung kembar Risa.

"Ahh.. Ryan.. Oh.. Terus Ryan.. Dalem lagi.. Ohh" Risa terus menggelinjang ke sana ke mari, pantatnya juga terus bergoyang bagaikan Inul di atas panggung.
"Oh.. Oh.. Aku tak tahan lagi Ryan.. Tongkatmu enak sekali, aku hampir sampai.. Terus Ryan lebih keras lagi.. Ohh"
"Ahh.. Uhh.. Uh.. Aku juga hampir keluar sayang, dikeluarkan dimana? Di luar apa di dalam?"

Tiba-tiba ada sesuatu lahar panas yang akan segera muntah dari tongkat kenikmatanku.

"Di dalam aja biar nikmat.. Oh.. Uh.." Cret.. Cret.. Crett.. Keluarlah lahar panas dari tongkatku.
"Ohh.. Aku sampai.." Pada saat yang bersamaan Risa juga sampai pada puncaknya.
"Uhh.. Ogh.."

Lolongan panjang kami mengakhiri pertempuran pertama yang luar biasa nikmatnya. Perlahan nafas kami teratur kembali seperti turun dari puncak kenikmatan yang sensasional.

Prakk.. Tiba-tiba terdengar suara vas bunga tersenggol, aku dan Risa saling berpandangan, terkejut sekaligus sadar kalau Rico masih ada di ruang tengah.

"Risa.. Rico kan belum pulang?"
"Belum.. Kamu sih terlalu bernafsu.."
"Habis kamu juga sih.. Terlalu menggairahkan he he.."
"Jangan-jangan dia lihat kita?"
"Biarin aja deh, kan malah lebih sensasional"
"Dasar Gabrut kamu.."
"Eh Risa, aku punya ide"

Tiba tiba muncul dalam benakku untuk mengajak Rico ikut serta dalam permainan kami, seolah aku sudah lupa kalau tadi sempat merasa cemburu dengan keberadaannya.

"Ide apaan?"
"Gimana kalau Rico kita ajak sekalian main dengan kita"
"Maksudmu?"
"Kita ajak dia untuk bercinta bersama, kan lebih asyiik.. Pasti jauh lebih nikmat"
"Ah gila kamu.. Gak mau emangnya aku cewek apaan.."
"Bukan begitu, pasti lebih sensasional. Percayalah ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita. It's just sex not love. Aku juga tetap mencintaimu"

Sejenak Risa berpikir, mungkin ia menganggap ideku sangat gila, tapi entah kenapa tiba-tiba bulunya merinding dan tampak wajahnya bergairah, mungkin ia membayangkan permainan tersebut. Namun ia juga tidak mau kalau tampak menggebu menginginkan permainan itu karena bagaimana pun kami memang saling mencintai.

"Apa kamu serius Ryan?"
"Serius" aku coba meyakinkan Risa.
"Kamu nggak cemburu kalau aku main seks juga dengan Rico?"
"Ya enggaklah kan aku yang minta, asalkan ada aku"
"Kamu nggak ngambek lagi kayak tadi saat liat aku hanya bercanda dengan Rico"
"Enggak.. Percayalah.. Ini mungkin malah akan membuat hubungan kita semakin dewasa"
"Terserah kamulah" Risa akhirnya pasrah, yang penting tak mengubah apapun pada hubungan kami, karena tiba-tiba ia pun mulai bergairah.
"Ok kalau gitu aku akan bicara ama Rico"

Aku segera turun dari ranjang, kupakai celanaku kemudian aku keluar dari kamar. Kulihat Rico lagi merokok di ruang tengah, dari wajahnya nampak ia sangat gelisah melihat permainan tadi, mungkin ia juga sangat terangsang tapi tak ada pelampiasan. Kaget ia ketika melihatku melangkah ke arahnya.

"Eh Ryan.."
"Ric.. Sori ya perlakuanku tadi, aku agak emosi karena badanku lagi capek, pikiranku juga stress akibat kerjaan"
"Gak pa-pa kok Ryan.. Aku paham, biasalah dalam setiap berhubungan, cemburu itu kan tanda sayang" ungkapnya sok bijak dan arif.
"Sori juga tadi kamu kami tinggal sendirian di ruang tengah"
"Gak pa-pa kok"
"Tapi tadi kamu lihat kan aku ngapain dengan Risa?"
"Enggak.. Aku nggak.. Tahu.." Katanya agak gugup.
"Gak usah bohong Ric.. Aku nggak pa-pa kok, kita kan udah sama-sama dewasa, malah kalau kamu mau boleh kok kalau kamu ikutan"
"Maksudmu?"
"Iya kalau kamu mau, kamu boleh kok ikutan"
"Ikutan apaan?"
"Ikutan bermain seperti yang kamu lihat tadi"
"Apa aku nggak salah denger?
"Enggak.. Tadi aku juga udah bicarakan ama Risa, Risa juga setuju kok, itung-itung ini sebagai tanda maaf kami berdua, lagian kamu kan juga udah lihat semuanya"

Rico tercenung, mungkin ia tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, ia seolah sedang bermimpi. Tapi aku segera menyadarkannya.

"Yuk kita ke kamar.. Kasihan Risa dah menunggu lama" kutarik tangan Rico untuk ikut ke kamar Risa.

Begitu masuk kamar, nampaklah Risa sedang telentang di tempat tidur sambil diselimuti sedikit di bagian bawah perutnya. Rico melongo melihat pemandangan yang luar biasa, paha yang putih mulus, dada yang indah membusung, pemandangan yang mungkin selama ini hanya ia bayangkan saat melakukan onani karena aku pun tahu kalau memang sudah sejak lama ia sangat tertarik dan bernafsu ketika melihat Risa. Namun sejauh ini ia cukup tahu diri karena Risa sudah ada yang punya. Tapi kini Rico melihat Risa yang betul-betul dalam posisi menantang, atas ajakanku sendiri yang merupakan pacarnya Risa.

"Kok diem Ric, kenapa?" Sapa Risa memecahkan kesunyian.

Kulihat sebenarnya Risa agak gugup dipandangi seperti itu. Apalagi kini di depannya ada dua lelaki yang selama ini memang dekat dengannya yang satu sahabatnya yang satu adalah pacarnya. Atau mungkin ia juga membayangkan sebentar lagi kedua orang dekatnya itu akan menjamah tubuhnya dan memberikan kenikmatan kepadanya. Kulihat pancaran wajahnya sangat bergairah. Sedangkan aku sendiri juga tidak tahu kenapa, saat ini sama sekali tidak ada rasa cemburu sedikit pun, malah yang justru aku sangat terangsang menghadapi permainan yang akan segera kami mulai.

"Yuk Ric kita mulai pestanya" Kuajak Rico segera mendekat ke Risa.

Kulepas semua baju yang ada di tubuhku, juga kuminta hal yang sama dengan Rico. Kini kami bertiga dalam keadaan yang sama-sama telanjang. Kulirik tongkat Rico yang sudah tegak, dari sisi ukuran memang tak jauh beda. Namun masing-masing punya kekhasan tersendiri. Punyanya agak melengkung sedangkan punyaku menjulang dengan kokohnya.

Aku memulai duluan dengan merundukkan kepalaku pada bagian bawah perut Risa. Hutannya yang lebat kuciumi dengan seksama.

"Ouh.. Ouh.." Risa merintih kenikmatan.

Rico pun tidak mau ketinggalan, ia mengambil bagian pada wajah Risa. Ia ciumi bibir Risa dengan lembutnya. Bibir sensual yang selama ini hanya ada dalam bayangannya.

"Ouh.. Ogh.. Uh.." Risa tak tahan menahan sensasi serangan bawah atas, tubuhnya menggeliat ke sana ke mari, pantatnya bergoyang bagai tampah yang sedang diputar-putar.

Sambil terus beradu bibir dengan Risa, tangan Rico bergerilya ke dalam payudara Risa yang ranum.

"Ouh.. Ou.." sensasi yang Risa rasakan makin menjadi-jadi.
"Hh.. Uh.." Desah nafas kami makin tak beraturan.

Sambil terus kujilati 'kacang basah' Risa, kulihat Rico mengubah posisi. Tongkatnya yang melengkung itu ia sodorkan ke mulut Risa. Dan Risa pun menyambutnya dengan antusias.

"Ouhh.. Ups.." Pelan dan pasti tongkat Rico keluar masuk dari mulut Risa.. Terkadang Risa melahapnya hingga hampir mengenai telurnya.
"Ohh.." Kudengar erangan Rico menahan kenikmatan dari mulut yang selama ini ia bayangkan. Sementara aku sendiri juga mengubah posisi, tongkatku yang sudah tegak kucoba untuk kumasukkan ke dalam tempat 'kacang basah' Risa.
"Aauuww.. Ohh.. Auww" Risa berteriak tertahan menahan kenikmatan tongkatku, namun tertahan suaranya oleh tongkat Rico yang sedang maju mundur.

Kulihat wajah pacarku ini benar-benar cantik dan menggairahkan dengan dua buah tongkat yang sedang memasuki lubang atas dan bawahnya. Kugerakkan tongkatku maju mundur mengikuti gerakan Rico yang juga maju mundur dalam mulut Risa.

"Ohh.. Ua.. Uuaoww" berbagai suara-suara tertahan serta desahan nafas memecah kesunyian malam itu.

Setelah berlangsung selama 10 menit, kemudian Rico menoleh ke arahku, meski ia tak bicara tapi aku mengerti kalau ia minta ijin kepadaku untuk tukar posisi, karena ia ingin merasakan juga nikmatnya 'kacang basah' Risa. Kami pun bertukar tempat. Tongkat Rico di bawah, sedangkan tongkatku di mulut Risa.

"Ouhh.. Ohh.." Tongkatku maju mundur dalam mulut Risa, kadang kepalanya ia jilat, kadang batangnya bahkan kadang seluruhnya ia telan.
"Ouhh enak sekali Ris.. Punya kamu masih seret.. Ohh" Terdengar Rico meracau merasakan nikmatnya gua Risa.
"Ris, kamu makin cantik sekali, dengan wajah penuh permen gitu.. Ohh" matanya melotot kugodain seperti itu, tapi makin tambah nikmat.
"Ohh Ris.. Dada kamu montok sekali.. Ohh"
"Ahh.. Kamu menggairahkan sekali Ris.."
"Auh.. Ohh" sensasi yang kami rasakan makin menjadi.

Mata Risa berkejap-kejap tanda ia sudah mau mencapai orgasme, aku hapal betul tanda-tanda ini karena aku sering bermain cinta dengan Risa.

"Ohh.. Ohh.." Di saat yang sama akupun juga merasakan hal serupa, akhirnya kutumpahkan seluruh lahar panasku kemulutnya. Crutt.. Crutt..
"Ups.. Ohh.."

Mulut Risa belepotan oleh cairan lahar panasku. Sebagian ia telan karena ia mempercayai akan membuatnya awet muda. Sedangkan Rico masih terus memompa, tapi kulihat ia pun hampir mengeluarkan lahar panasnya.

"Ohh.. Huu.. Ohhghh.."

Cret.. Cret.. Crret.. Tumpahlah lahar panas Rico yang ia keluarkan di perut Risa, sengaja ia tidak mau mengeluarkan di dalam karena takut resiko pada kehamilan Risa, meski sebenarnya Risa sudah meminum obat anti hamil.

Kami bertiga kemudian tergeletak lemas, namun puas setelah mencapai puncak bersama-sama. Karena Risa di rumah sendirian, maka semalam kami terus berpesta. Kadang aku dengan Risa, kadang Rico dengan Risa, kadang juga bertiga. Tapi yang pasti aku tidak dengan Rico karena aku masih waras bukan gay. Dan kulihat Risa sangat menyukai permainan ini.

Baca Juga : Cerita Dewasa Perpisahan Dengan Meta

Sejak saat itu hubunganku dengan Risa semakin mesra, tanpa ada rasa cemburu tapi semakin cinta. Dan rencananya kami juga akan segera menikah. Sedangkan petualangan kami terus berlanjut yang mungkin di lain waktu kuceritakan.


Sabtu, 10 Juni 2023

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Istri Orang







PUJA88
> Cerita Dewasa Bercinta Dengan Istri Orang - Sebelum memulai ceritaku, aku akan memberikan sedikit gambaran mengenai diriku. Namaku adalah Ivan, bekerja sebagai karyawan swasta asing di kawasan Sudirman, Jakarta. Aku adalah seorang pria berusia 29 tahun, aku keturunan chinese, wajahku lumayan ganteng, kulitku putih bersih. Tinggiku 165 cm dan berat badanku 70 kg, sedikit kumis menghiasi bibirku.

Kejadian ini adalah sebagian dari kisah nyataku, yang terjadi kurang lebih 4 tahun yang lalu. Terus terang, aku sangat menyukai wanita yang berusia 30-40 tahun, dengan kulit mulus. Bagiku wanita ini sangat menarik, apalagi jika ‘jam terbangnya’ sudah tinggi, sehingga pandai dalam bercinta. Namun sebagai pegawai swasta yang bekerja, aku memiliki keterbatasan waktu, tidak mudah bagiku untuk mencari wanita tersebut. Hal ini yang mendorong aku untuk mengiklankan diriku pada sebuah surat kabar berbahasa Inggris, untuk menawarkan jasa ‘full body massage’. Uang bagiku tidak masalah, karena aku berasal dari keluarga menengah dan gajiku cukup, namun kepuasan yang ku dapat jauh dari itu. Sehingga aku tidak memasang tarif untuk jasaku itu, diberi berapapun kuterima.

Sepanjang hari itu, sejak iklanku terbit banyak respon yang kudapat, sebagian dari mereka hanya iseng belaka, atau hanya ingin ngobrol. Di sore hari, kurang lebih pukul 18.00 seorang wanita menelponku.
“Hallo dengan Ivan?” suara merdu terdengar dari sana.
“Ya saya sendiri” jawabku.
Dan seterusnya dia mulai menanyakan ciri-ciriku. Selanjutnya, “Eh ngomong-ngomong, berapa sich panjangnya kamu punya?” katanya.
“Yah normal sajalah sekitar 18 cm dengan diameter 6 cm.” jawabku.
“Wah lumayan juga yach, lalu apakah jasa kamu ini termasuk semuanya,” lanjutnya.
“Apa saja yang kamu butuhkan, kamu pasti puas dech..” jawabku. Dan yang agak mengejutkan adalah bahwa dia meminta kesediaanku untuk melakukannya dengan ditonton suaminya. Namun kurasa, wah ini pengalaman baru buatku.

Akhirnya dia memintaku untuk segera datang di sebuah hotel “R” berbintang lima di kawasan Sudirman, tak jauh dari kantorku. Aku menduga bahwa pasangan ini bukanlah sembarang orang, yang mampu membayar tarif hotel semahal itu. Dan benar dugaanku, sebuah president suite room telah ada di hadapanku. Segera kubunyikan bel di depan kamarnya. Dan seorang pria, dengan mengenakan kimono, berusia tak lebih dari 40 tahun membukakan pintu untukku.

“Ivan?” katanya.
“Ya saya Ivan,” jawabku. Lalu ia mencermatiku dari atas hingga bawah sebelum ia mempersilakan aku masuk ke dalam. Pasti dia tidak ingin sembarang orang menyentuh istrinya, pikirku.
“OK, masuklah” katanya. Kamar itu begitu luas dan gelap sekali. Aku memandang sekeliling, sebuah TV berukuran 52″ sedang memperlihatkan blue film.

Lalu aku memandang ke arah tempat tidur. Seorang wanita yang kutaksir umurnya tak lebih dari 30 tahun berbaring di atas tempat tidur, badannya dimasukkan ke dalam bed cover tersenyum padaku sambil menjulurkan tangannya untuk menyalamiku. “Kamu pasti Ivan khan? Kenalkan saya Donna” katanya lembut.
Aku terpana melihatnya, rambutnya sebahu berwarna pirang, kulitnya mulus sekali, wajahnya cantik, pokoknya perfect! Aku masih terpana dan menahan liurku, ketika dia berkata “Lho kok bingung sich”.
“Akh enggak…” kataku sambil membalas salamnya.
“Kamu mandi dulu dech biar segar, tuch di kamar mandi,” katanya.
“Oke tunggu yach sebentar,” jawabku sambil melangkah ke kamar mandi. Sementara, suaminya hanya menyaksikan dari sofa dikegelapan. Cepat-cepat kubersihkan badanku biar wangi. Dan segera setelah itu kukenakan celana pendek dan kaos.

Aku melangkah keluar, “Yuk kita mulai,” katanya.
Dengan sedikit gugup aku menghampiri tempat tidurnya. Dan dengan bodohnya aku bertanya, “Boleh aku lepaskan pakaianku?”, dia tertawa kecil dan menjawab, “terserah kau saja…”.
Segera kulepaskan pakaianku, dia terbelalak melihatku dalam keadaan polos, “Ahk… ehm…” dan segera mengajakku masuk ke dalam bed cover juga. “Kamu cantik sekali Donna” kataku lirih.
Aku tak habis pikir ada wanita secantik ini yang pernah kulihat dan suaminya memperbolehkan orang lain menjamahnya, ah.. betapa beruntungnya aku ini. “Ah kamu bisa saja,” kata Donna.

Segera aku masuk ke dalam bed cover, kuteliti tubuhnya satu persatu. Kedua bulatan payudaranya yang cukup besar dan berwarna putih terlihat menggantung dengan indahnya, diantara keremangan aku masih dapat melihat dengan sangat jelas betapa indah kedua bongkah susunya yang kelihatan begitu sangat montok dan kencang. Samar kulihat kedua puting mungilnya yang berwarna merah kecoklatan. “Yaa aammpuunn…” bisikku lirih tanpa sadar, “Ia benar-benar sempurna” kataku dalam hati.

“Van…” bisik Tante Donna di telingaku.
Aku menoleh dan terjengah. Ya Ampuun, wajah cantiknya itu begitu dekat sekali dengan wajahku. Hembusan nafasnya yang hangat sampai begitu terasa menerpa daguku. Kunikmati seluruh keindahan bidadari di depanku ini, mulai dari wajahnya yang cantik menawan, lekak-lekuk tubuhnya yang begitu seksi dan montok, bayangan bundar kedua buah payudaranya yang besar dan kencang dengan kedua putingnya yang lancip, perutnya yang ramping dan pantatnya yang bulat padat bak gadis remaja, pahanya yang seksi dan aah.., kubayangkan betapa indah bukit kemaluannya yang kelihatan begitu menonjol dari balik bed cover. Hmm…, betapa nikmatnya nanti saat batang kejantananku memasuki liang kemaluannya yang sempit dan hangat, akan kutumpahkan sebanyak mungkin air maniku ke dalam liang kemaluannya sebagai bukti kejantananku.

“Van… mulailah sayang…” bisik Tante Donna, membuyarkan fantasi seks-ku padanya. Sorotan kedua matanya yang sedikit sipit kelihatan begitu sejuk dalam pandanganku, hidungnya yang putih membangir mendengus pelan, dan bibirnya yang ranum kemerahan terlihat basah setengah terbuka, duh cantiknya. Kukecup lembut bibir Tante Donna yang setengah terbuka. Begitu terasa hangat dan lunak. Kupejamkan kedua mataku menikmati kelembutan bibir hangatnya, terasa manis.

Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang masih berada di hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku.
“Apa yang dapat kau lakukan untukku Van…” bisiknya lirih setengah kelihatan malu.
Kedua tanganku yang memeluk pinggangnya erat, terasa sedikit gemetar memendam sejuta rasa. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku telah berada di atas pantatnya yang bulat. Mekal dan padat. Lalu perlahan kuusap mesra sambil kuberbisik, “Tante pasti tahu apa yang akan Ivan lakukan… Ivan akan puaskan Tante sayang…” bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.

Kuelus-elus seluruh tubuhnya, akhh… mulus sekali, dengan sedikit gemas kuremas gemas kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat dari balik bed cover. “Oouuhh…” Tante Donna mengeluh lirih.
Bagaimanapun juga anehnya aku saat itu masih bisa menahan diri untuk tidak bersikap over atau kasar terhadapnya, walau nafsu seks-ku saat itu terasa sudah diubun-ubun namun aku ingin sekali memberikan kelembutan dan kemesraan kepadanya. Lalu dengan gemas aku kembali melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir hangatnya secara bergantian dengan mesra atas dan bawah. Kecapan-kecapan kecil terdengar begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir Tante Donna. Kedua jemari tanganku masih mengusap-usap sembari sesekali meremas pelan kedua belah pantatnya yang bulat pada dan kenyal. Bibirnya yang terasa hangat dan lunak berulang kali memagut bibirku sebelah bawah dan aku membalasnya dengan memagut bibirnya yang sebelah atas. ooh…, terasa begitu nikmatnya. Dengusan pelan nafasnya beradu dengan dengusan nafasku dan berulang kali pula hidungnya yang kecil membangir beradu mesra dengan hidungku. Kurasakan kedua lengan Tante Donna telah melingkari leherku dan jemari tangannya kurasakan mengusap mesra rambut kepalaku.

Batang kejantananku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Donna yang empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante Donna.

Wajahnya yang cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yang paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
“Ohhh apa yang akan kau lakukan… akh…” tanyanya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yang dirasakannya. Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku semakin bawah dan.., “Nyam-nyam..” nikmat sekali kemaluan Tante Donna. Oh, bukit kecil yang berwarna merah merangsang birahiku.

Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan, “Creeep…” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan yang sudah sedari tadi becek itu.
“Aaahh… kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang kemaluannya adalah terindah yang pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu.. oooh nikmatnya Ivan…” lirih Tante Donna.

Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertama kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya suaminya yang hanya memandangku dari kegelapan.

“Aahh.. sayang… Tante suka yang itu yaahh.. sedooot lagi dong sayang oooggghh,” ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima menit kemudian… “Sayang.. Aku ingin cicipi punya kamu juga,” katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas kemaluannya.
“Ahh… baiklah Tante, sekarang giliran Tante,” lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung meraih batang kemaluan besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata.
“Okh Van… indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung menjulur kearah kepala kemaluanku yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm… ngggmm,” belum lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan burungku kearah mulutnya dan, “Crooop..” langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin membuat senjataku tegang dan keras.
“Aduuuh enaak… ooohh enaknya Tante ooohh..” sementara ia terus menyedot dan mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya, “Mm… hmmm…” hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya.

“Crop…” ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Aku langsung menyergap pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserbu dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir kemaluannya.
“Aoouuuhh… Tante nggak tahan lagi sayang ampuuun… Vannn… hh masukin sekarang juga, ayooo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera kuarahkan kemaluanku ke selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang kemaluannya yang terbuka lebar, pelan sekali kutempelkan di bibir kemaluannya dan mendorongnya perlahan, “Nggg… aa.. aa.. aa.. iii.. ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali sayang, ooohh…” ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris.

Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir kemaluannya yang terlalu rapat untuk ukuran burungku. Dan Tante Donna merupakan wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita setengah baya tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya yang membusung besar itu langsung kuhujani dengan kecupan-kecupan pada kedua putingnya secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan cara mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul hingga membuatnya semakin bernafsu, namun tetap menjaga ketahananku dengan menghunjamkan kemaluanku pada setiap hitungan kelima.

Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang senggamanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, burungku semakin terasa membentur dasar liang senggama.

“Ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Vann… oooh,” desah Tante Donna.
“Yaahh enaak juga Tante.. ooohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, ooohh enaakk… ooohh Tante ooohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali. Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya tertusuk burungku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.

Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Donna terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Vann… aahh aku nngaak… nggak kuaat aahh.. aahh.. ooohh…”
“Taahaan Tante… tunggu saya dulu nggg.. oooh enaknya Tante.. tahan dulu … jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo… nggg… aahh… sayang sayang.. sayang.. oooh enaak.. Tante kelauaar.. ooohh.. ooohh…” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.

Sementara itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh cairan dari kemaluan Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Donna sedikit teriak.
“Tante.. saya mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Tante Donna.
“Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
“Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya spermaku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Donna.

“Hemm.. hemmm…” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya. “Sekarang giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang padaku.

Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Donna mengantarkanku kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan kecil, katanya “Terima kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”
“Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.

Baca Juga : Cerita Dewasa Birahi Anak Kost Bandung

“Akh… betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante Donna,” pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan istrinya untuk digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.


Rabu, 31 Mei 2023

Cerita Dewasa Kebetulan Membawa Nikmat





PUJA88 > Cerita Dewasa Kebetulan Membawa Nikmat - Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur 33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah lumayan (kata teman-teman). Saya sudah bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan panjang dengan belahan leher yang agak ke bawah dan celana sedikit longgar.

Dadanya begitu menonjol dengan memperlihatkan garis belahan dada yang putih bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya 36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
“Selamat siang Dik.”
“Selamat siang juga Bu…” jawabku.
“Adik mau ke mana?” tanyanya.
“Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?” tanyaku balik.
“Kalo gitu kita sama”, jawabnya.

Begitulah perjalanan sampai akhirnya kereta api sudah hampir sampai di Stasiun Jatinegara, dia menyapaku kembali,
“Turun di mana Dik?”
“Jatinegara, Bu?” kataku sambil bertanya lagi.
“Saya juga turun di Jatinegara.” “Kalo gitu kita bisa sama-sama turun”, katanya.

Pada waktu dia mengambil tasnya dari atas tempat duduk, sementara saya masih duduk, terlihatlah tonjolan buah dadanya yang kelihatan tambah besar karena tertarik tangannya ke atas. Saya sudah membayangkan betapa nikmatnya orang yang dapat meremasnya.
“Adik naik apa?” tanyanya kembali.
“Mungkin naik taksi Bu”, jawabku.
“Saya juga naik taksi”, katanya.
“Tapi saya agak takut sebetulnya kalo sendirian, karena kata orang di Jakarta kalo naik taksi sendirian berbahaya”, katanya lagi.

Pucuk dicinta ulam tiba. Tawaranya saya sambut dengan buru-buru.
“Kalau tidak keberatan boleh saya antar.” Dan kebetulan arah kami agak searah sehingga tidak ada alasan dia menolaknya. Singkat kata, kami sudah berada dalam satu taksi. Tiba-tiba tangannya dijatuhkan ke pahaku seperti sengaja dan tidak sengaja, saya agak kaget. Dia kelihatannya tahu dan minta maaf.
“Maaf ya Dik… nggak sadar.”
“Oh, nggak apa kok Bu”,
“Jangan panggil Bu, Mbak gitu lho”, katanya.

Sampai di rumahnya, saya dipersilakan masuk. Saya turuti kemauannya. Dia kemudian masuk dan keluar sudah dengan pakaian yang lain. Atasannya adalah kaos ketat dengan model you can see, sehingga buah dadanya kelihatan makin aduhai, apalagi dilihat dari samping, kelihatan daging menonjol putih meskipun tidak terlalu banyak. Sedang bawahannya rok span di atas lutut, sehingga kakinya yang kuning langsat mengundang birahi siapa yang melihatnya. Terus terang saya bengong sampai dia menyapa,
“Ayo Dik diminum, kok bengong aja.”
“Suami Mbak ke mana?” tanyaku untuk mengalihkan kebengonganku.
“Oh.. dia masih nganterin anak ke kursus Bahasa Inggris, nanti pulangnya kira-kira jam 21.00 (pada saat itu masih jam 18.15). Sambil berbicara, dia merebahkan pantatnya didekat tempat duduk saya, sehingga tonjolan buah dadanya tersentuh oleh siku saya. “Aduh mak”, batin saya.

Kemudian saya pura-pura mengambil korek api yang ada di dekat dia duduk, sehingga tangan saya melintang ke depan dia dan tersentuh kembali buah yang besar itu, dia diam saja. Tiba-tiba tanpa kusadari, tangan kananku sudah melingkarkan ke lehernya dan dia diam saja. Akhirnya dengan kenekatan luar biasa, kucoba mencium bibirnya dan membalasnya. Di luar dugaan, dia langsung pagut bibir saya dan lidahnya menari-nari di dalam mulut saya “Aah.. aaah.. aah..” Saya langsung singkap kaos tanpa lengannya, dan kutarik ke atas BH- nya, maka keluarlah dua buah dada yang besar dan putih dengan putingnya berwarna merah kehitam-hitaman. Ukuran putingnya kecil untuk ukuran wanita seusianya. Kuelus-elus buah dadanya dan kupilin putingnya. “Aah.. ah… aduh… heh… heh…” Tangan kanannya tidak kalah galaknya, mulai menyusup ke celana dalam saya dan langsung menggenggam penis saya yang masih di dalam. Tangan kirinya membuka retsluiting celana saya dan kemudian kedua tangannya memelorotkan celana panjang dan CD saya sampai penis saya keluar dengan tegaknya. “Aauuu…” aku merintih nikmat.

Kemudian tangan kanan saya mengusap perut dan akhirnya ke lubang kemaluannya. Aduh mak sudah basah. “Dik, terus dik jangan dilepas Dik… aaahhk… ahhh”, dia mengerang kenikmatan ketika tanganku mulai mempermainkan klitorisnya. “Uugh… ugh…. ahhhh… aduh… aku sudah nggak tahan Dik… masukkan sekarang ya…” katanya. “Baik Mbak”, jawabku.

Kemudian aku menindihnya sementara dia berbaring di kursi panjang dengan sebelah kakinya terjuntai ke lantai, sehingga lubang kemaluannya yang kelihatan sudah basah dengan klitorisnya yang memerah kelihatan sekali. Aku mulai memasukkan penisku ke dalam liang kemaluannya dan “Aagh… agh… agh… terus Dik sampai dalam, agh… agh..” Aku terus memompa dan memompanya dan… “Aduh Dik aku sudah nggak tahan… aku mau ke…” erangya. “Tahan dulu Mbak…” Kemudian kemaluanku kucabut dari lubang kemaluannya dan mulutku kudekatkan ke lubang kemaluannya, dan kusedot klitorisnya sampai dia menggelinjang-gelinjang nggak karuan dan tidak berapa lama, “Aaahh… heh… heh…” napasnya tersengol-sengol. Kemudian penisku kumasukkan ke liang kemaluannya dan kupompa-pompa dan ganti aku yang mencapai klimaksnya dan, “Aaaghhh… ahhh aduh… Mbak nikmat sekali Mbak”, kataku. “Aku juga Dik.” Kemudian kami saling membereskan diri masing-masing.

Kemudian hari-hari selanjutnya kami isi dengan pertemuan-pertemuan rutin hampir tiap hari dan kebanyakan pertemuan di hotel-hotel atau di motel-motel yang lebih bebas. Kini bukan lagi rasa hanya sekedar iseng tetapi aku sudah kena hatiku yang paling dalam yaitu cinta, meskipun aku sudah beristeri. Aku tidak tahan kalau tidak bertemu sehari saja. Alasan selalu dapat aku cari saat-saat jam kantor, sehingga tidak membuat curiga isteriku. Sehingga pada suatu saat, kami bertemu dan sewa kamar hotel.

“Dik Rully…” katanya lembut.
“Ya, Mbak…” kataku.
“Aku sebetulnya ma.. mau mengatakan sesuatu.”
“silakan Mbak.. masalah apa?” tanyaku.
“Masalah kita berdua.”
“Aku sebetulnya mulai merasakan cinta kepada Dik Rully, rasanya aku sudah bukan iseng lagi”, katanya agak tidak bersuara.
“Aku juga begitu Mbak…” jawabku sambil tanganku merangkul lehernya saat kami bersandar di tempat tidur hotel.
“Tapi”, katanya.
“Tapi apa Mbak? tanyaku nggak sabaran.
“Aku harus meninggalkan kota Jakarta untuk ikut suami di Surabaya.
Dia di Jakarta hanya bersama anaknya yang masih SD, sedangkan suaminya bekerja di Surabaya.

Kami terdiam untuk beberapa saat. Tiba-tiba aku dipeluknya dengan erat sambil berkata, “Dik, ini pertemuan terakhir kita, tolong puaskan Mbak ya…” pintanya sambil menciumku. “Ya… Mbak..” aku juga membalas ciumannya dan kami saling berpagut. Lidah kami saling beradu. Tanganku mulai menelusuri T-shirtnya yang ketat tanpa BH, (sudah disiapkan dari rumah), dan menariknya ke atas, sehingga susunya yang besar mencuat keluar. Tanpa menunggu lagi tanganku sudah meremas kedua buah besar tadi. Kupilin-pilin putingnya, “Aahk… ahk… Dik… enak Dik.” Kemudian kepalaku kutundukkan dan bibirku mencium dan menyedot puting dengan perlahan dan lemah lembut sambil tangan kananku mulai meraba perut, turun ke bawah dan menyentuh celana dalamnya yang sudah basah, “uhk… uhk… ahk… Diikk… terus Dik enak ehm… ehm ahk…” dia melenguh nggak karuan. Kemudian dia mulai bereaksi, tangannya dengan nggak sabar membuka ritsluiting celanaku dan mengeluarkan penisku yang sudah tegang dan pucuknya sedikit basah.

Ditariknya penisku dan dimasukkan ke dalam mulutnya yang sebelumnya belum pernah dia lakukan. “Augh…” Aku mendesah kenikmatan. “Mbak… kotor Mbak…” kataku. “Nggak apa Dik untuk perpisahan kita.” Dia tidak perduli dan mengulumnya dan mengocok penisku dengan mulutnya. Aduh rasanya seperti di awang-awang. Aku juga tidak sabar lagi dan kuturunkan kepalaku sampai mencapai liang kemaluannya dan kucium, kujilat, kemudian kukulum klitorisnya sampai dia mengerang kenikmatan, “Aahk… ahk… ahk… Dik… ahk… aku nggak tahan Dik…” Aku juga nggak perduli terus kuhisap itu klitorisnya, “Ahk… ahk… terus seperti itu. “Dik… masukkan ya… aku sudah nggak tahan… aughk…” saat kusedot klitorisnya, dan “Aaaahhh… Dik aku mau keluar Dik… tahan Mbak…” sambil aku membalikkan badanku sehingga aku menindihnya dan kucium bibirnya kembali sambil batang kemaluanku mencari-cari lubang kemaluannya dan sleeep, penisku masuk ke lubang kemaluannya dan “Aahk… ahk…” bibirku menyedot puting susunya yang kecil agak kehitam-hitaman, “Auh… auh… auh…” Nggak berapa lama, “Aaahhh… aku keeeluuarrr ahhhhaahhh…” bersamaan dengan itupun aku juga memuncratkan air maniku ke rahimnya dan “Aaagh… aahhh… Mbak, Mbak… aku juga keluar.” Kemudian tubuh kami menggeletak dengan lemas. “Dik… terima kasih ya”, katanya. “Aku juga terima kasih Mbak.

Baca Juga : Cerita Dewasa Desahan Yang Membara

2 hari kemudian aku bertemu lagi dengannya dan mengulangi pergumulan hebat seperti kemaren lagi…

Senin, 29 Mei 2023

Cerita Dewasa Desahan Yang Membara

 




PUJA88  > Cerita Dewasa Desahan Yang Membara - Perkenalkan namaku Andi, kejadian ini terjadi sebelum aku menikah dan berkeluarga, dulu aku tinggal di kota P di bilangan Jakarta Pusat, di belakang rumahku tinggal keluarga M. Sebenarnya dia masih ada famili jauh, tapi hubungan saudaraku hanya dengan bapaknya yang sepupu dari ibuku, sedangkan Iis adalah anak yang dibawa dari istri Omku M karena dia menikahi janda teteh I dari daerah bogor.

Saat aku masih dibangku SMP hingga SMA aku suka main dirumahnya, dan karena pengaruh dari buku-buku porno dan juga film BF aku mulai berani memegang-megang bagian sensitif dari tubuh Iis, keluarga M tidak curiga karena aku masih mereka anggap saudara atau keponakan walau jauh. Dulu sering saat dia sedang menyapu aku peluk dari belakang dan meraba-raba payudaranya atau saat aku menginap aku meremas-remas tangan dan mengelus pahanya, Iis masih lugu saat itu dan hanya respon birahi yang dia berikan tanpa dia mengerti harus bagaimana saat itu, akupun sering beronani dan membayangkan seandainya aku bersetubuh dengannya.

3 tahun berlalu, dan kini aku bekerja diperusahaan export import, Iis pun menikah dengan W pria yang juga masih tetangganya di kota P. W adalah pria yang berpenghasilan dengan menjadi tukang ojek. Aku sudah tidak tinggal di kota P, tapi kost di daerah T yang masih dalam wilayah Jakarta juga, hal ini agar dekat dengan tempat aku bekerja. Saat itu aku sedang dinas luar, dan karena kebetulan lewat daerah P, maka aku sempatkan mampir kerumah Om M untuk sekedar beristirahat sebentar, ternyata Om M sedang kerja dan teteh I sedang menunggu warung nasinya, yang ada hanya adik Om M yang tuna rungu atau bisu. Saat itu pernikahan Iis baru 1 tahun, saat aku datang dia sedang menonton sinetron di televisi dan mengenak daster tanpa lengan.

"Hai Is.. Apa kabar?" sapaku.
"Eh Andi.. Lama ngga keliatan, ayo masuk.. Tumben, ada apa nih?" sahutnya lembut.
"Kebetulan aku lewat sini jadi sekalian mampir" jawabku.

Dia membuka lemari es dan memberikanku segelas air dingin, setengah jam kemudian dari mulutnya meluncur cerita tentang W sang suami, dulu suaminya itu tukang jajan ke tempat prostitusi dan jika berhubungan intimpun hanya sebentar.. Kadang penisnyapun tidak mau ereksi. Aku mendengarkan ceritanya dengan santai, dan akhirnya dia mengatakan soal aku dan dia dulu yang membuat jantungku berdegup keras.

"Jadi ingat dulu ya di? Saat kita masih.."

Kujentikkan jariku dimulutnya agar tidak meneruskan kalimatnya dan secara spontan kuremas jemari tangannya, dan kulumat bibirnya dengan penuh bernafsu serta kupeluk tubuhnya erat. Iis melenguh tanda birahinya juga mulai memuncak.

"Arghh.. Di.. Ohh.."

Peniskupun sudah sangat tegang seakan akan loncat dari tempatnya dibalik celana panjang kerjaku. Kini kuarahkan lidahku ke lehernya, kemudian turun kebelahan dadanya, isis makin mendesah hebat dan reflek tangannya membuka reluiting celanaku dan mencari penisku yang sudah menegang keras. Dikocoknya penisku lembut dan perlahan, rasa nikmat menjalar diseluruh tubuhku. Kubuka tali dasternya dan kini Iis hanya mengenakan bra dan celana dalamnya saja..

Sedangkan jari jemari Iis mulai melepas kemejaku, dan dengan lihai dia melepas celana panjangku, ku buka bra yang menutupi payudaranya yang masih terhitung kencang karena Iis belum mempunyai anak, kujilati dan kuremas pelan kedua bukit indahnya itu..

"Shh.. Andi.. Oh.. Andi.. Sayanng.. Enaak.. Ahh" desahannya membuat libidoku makin meninggi dan meledak-ledak.
"Ka.. Mu.. Sek.. Si iss.. Ssh.." ucapku terputus-putus karena gelegak birahi yang meletup-letup.

Rasa penasaranku pada saat aku masih duduk dibangku dibangku sekolah harus kutuntaskan, toh dia kini sudah ada yang punya, pikirku. Aku tak membuang banyak waktu, kulepaskan celana dalamnya yang berwarna putih dan kulepaskan juga celana dalamku, hingga penisku kini berdiri tegang bebas dan siap menuju lubang surgawi milik Iis..

Kuarahkan mulutku keliang vaginanya.. Lalu mulai kujilati vaginanya yang sudah basah karena dia sudah mengalami birahi yangs angat tinggi, dan sesekali kuhisap itilnya yang kemerahan.

"Uff.. Andi.. Ka.. Mu apakan me.. Mek iiss.. Akh.. Bang W tidak per.. Nah lakukan ini.. Ouh.. Ssh.. Arghh"

Iis mulai meracau, mungkin suaminya karena dulunya sering jajan diluar makanya jarang atau bahkan tidak mengerti apa itu foreplay. Kesempatan.. bathinku..

Jilatanku makin menggila dan Iis mengoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan pertanda dia sudah lupa diri dan lupa segala-galanya bahwa kini statusnya adalah istri W.

"Ohh.. Andii.. Iis.. Ga tahaan.. Masukiin doong.. Pleasee.. Ahh.. Masukin kontolmu di.. Ahh.."

Kulihat Iis sudah tidak sabar lagi untuk menggapai orgasme dan membuka vaginanya lebar-lebar dengan melebarkan kedua kakinya.. Kuhujamkan penisku ke memeknya yang sudah basah.. Lebih mudah bagi penisku dan langsung masuk kedalam vaginanya..

"Oughh.. Arghh.. Ohh.. Kontol Andi enak.. Ahh.. Coba da.. Ri du.. Lu ann.. Ohh"

Iis meracau tak karuan, kugenjot penisku keluar masuk liang surgawinya dan lambat laun makin cepat dan cepat, sehingga menimbulakn suara "Plokk.. Plok.." diseluruh ruangan..30menit berlalu kuhujamkan penisku kedalam liang surgawinya, tiba-tiba.. Memeknya menjepit keras penisku dan dia memmeluk erat serta menggigit putingku.. Rupanya dia sebentar lagi akan orgasme.. Kupacu penisku lebih cepat dan tubuhnya menggelepar-gelepar karena nikmat.

"Andii.. Iis ke.. Lu.. Arr.."
"Iya.. Sayang.. Aku juga.. Sebeenn.. Tar lagii" ucapku menderu..

Karena penisku juga sudah mengeras dan berdenyut-denyut siap memuntahkan laharnya..

"Iiss.. Ohh.. Aku.. Juga.. Ke.. Luarr..".

Tubuhku ambruk didadanya, dengan tubuh berkeringat kuelus payudaranya dan kucium bibirnya..

"Is.. Barang kamu enak.."..
"Barang kamu juga di.. Ahh.." sahut Iis lemas tak berdaya.

Tanpa kami sadari ada sepasang mata mengawasi dari tadi, bahkan mungkin dari awal, kulirik ruangan sebelah yang hanya tertutup tirai, kulihat disebelahku Iis sudah tertidur pulas karena kelelahan, kuhampiri orang yang mengintipku sejak tadi, ternyata dia adalah adik omku M yang bisu, tanpa sehelai benangpun kuhampiri dia, adik omku ini bertubuh agak gemuk dan kulitnya agak kecoklatan, dia hanya menatap penisku yang kini sudah mulai kembali tegang. Kutunjuk dengan jari kearah penisku dengan maksud apakah dia menginginkan ini juga seeprti yang dilihatnya tadi.

Kuraih tangannya untuk memegang penisku, tangannya gemetar karena aku tahu pasti dia belum pernah disentuh laki-laki apalagi diraba, aku takut ada orang lain lagi yang datang dan ada mata lain yang menangkap basah perbuatanku ini, maka segera kubuka bajunya dan seluruh pakaian dalamnya, kusedot dan kuhisap payudaranya dan kumasukkan jariku ke dalam vaginannya..

"Uhh.. Mphh.. Shh" Mbak M mulai keenakan karena mungkin dia sudah horny dari tadi melihat adeganku dengan Iis, kuhujamkan penisku agak keras kelubangnya yang masih virgin alias perawan, kututup mulutnya agar tidak berteriak atau mengeluarkan suara keras, hingga membangunkan Iis atau terdengar oleh yang lain.

Kugenjot makin cepat dan cepat, Mbak M kusuruh menungging dan tangannya berpegangan pada bibir ranjang, kugenjot penisku keluar masuk, tiba-tiba dia berbalik lalu denga ganasnya memegang penisku untuk dimasukkannya ke memeknya dari depan lalu mengajakku jatuh keranjangnya, kugenjot lagi dia dengan posisi normal seperti yang dia inginkan..

"Mph.. Argh.. Uhh.. Ah.. Akhh" karena bisu dia tidak bsia mengatakan akan orgasme atau keluar, maka dia memeluk erat dan menggigit leherku lalu terkulai lemas dengan mata terpejam, aku harus orgasme juga dengannya, pikirku..

Tidak perduli dia sudah terkulai lemas dan memejamkan mata, kugenjot dia cepat dan penisku mulai berdenyut-denyut agak lama kini aku mengalami orgasme, karena sepengetahuanku, jika pada permainan kedua laki-laki akan mempunyai daya tahan yang agak lama. Nafasku mulai membur dan sambil kugenjot memek Mbak M yang sudah basah itu kucumbui bibirnya walaupun Mbak M tidak merespon atau mungkin tidak tahu bagaimana cara berciuman.

"ssh.. Mbak.. Aku mau munn.. Cratt.. Arghh" kutumpahkan spermaku didalam liang vaginanya yang hangat..

Ahh.. Nikmat sekali istirahatku siang ini.. Kukenakan pakaianku dan kubangunkan Iis untuk berpamitan, sambil kubisikkan padanya.

"Lain kali kita ketemu diluar ya?" Iis hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman.

Setelah kejadian itu aku dan Iis beberapa kali bertemu di hotel dan mengulang serta mereguk dahaga akan seks diantara kami berdua, sampai akhirnya setahun aku tidak bertemu dengannya lagi. Kudengar kini Iis sudah mempunyai seorang anak dari pernikahannya dengan W.

Entah kenapa sejak pagi ini aku terus memikirkan Iis, rasa rindu untuk bersetubuh lagi dengannya begitu kuat dan menggebu, hingga akhirnya kuberanikan diri kembali untuk datang ke rumahnya siang ini disela waktu kerjaku. Kuketuk pintu beberapa kali, seperti biasa rumah itu terlihat lengang dan sepi. Agak lama aku menunggu di muka pintu sampai akhirnya pintu terbuka dan yang membukakannya adalah Imah adik Iis, perlu juga aku ceritakan bahwa Omku MJ menikah dengan seorang wanita ynag sudah menjanda 2 kali yaitu teteh I dan dia membawa 2 orang anak yaitu Iis dan Imah dan keduanya berlainan bapak.

"Eh Kak andi, sudah lama nggak ketemu.. Masuk Kak," ucap Imah seraya membuka pintu.

Suasana rumah persis seperti dulu aku datang lenggang dan sepi.

"Pada ke mana Mah?" ucapku basa-basi.
"Mama jaga warung, Papa kerja.." jawab Imah, "Engg.. Kalo Kak Iis?" tanyaku lagi cepat.
"Kak Iis sudah nggak tinggal disini, dia ngontrak dengan Om W di kota T," lanjutnya.

Ada rasa kecewa dihatiku karena segala hasrat dan pikiran kotorku sejak pagi ini tidak kesampaian. Imah adalah gadis yang beranjak dewasa, tubuhnya ramping dan agak kecil. Tapi kulitnya benar-benar putih mulus dan bibirnya merah merekah yang membuat lelaki manapun akan gemas melihatnya. Saat itu Imah hanya mengenakan kaos you can see/kaos tanpa lengan dan celana pendek olahraga yang sangat pendek dan minim. Sempat aku menelan ludah melihat pahanya yang mulus dan menantang itu, tapi aku berusahan sebisa mungkin menahan gejolak nafsu yang sejak pagi ini begitu menggebu.

"Imah masih sekolah ya?" tanyaku untuk menghilangkan kegalauan.
"Ihh.. Enak aja, makanya Kak Andi sering-sering main dong ke sini, sekarang Imah sudah kerja tauu.." ucapnya dengan gaya manja.
"Oh ya? Wah nona Imah yang cantik ini sudah besar rupanya ya?" lanjutku.

Kulihat Imah tersipu malu, terlihat dari wajah putihnya yang merona merah. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba kata-kata ini meluncur dari mulutku, "Imah.. Sekarang kamu bener-bener cantik dan sexy deh.." ucapku sambil menelan ludah.
"Ihh.. Kak Andi gombal ah.." balasnya seraya tertawa renyah dan mencubit pahaku.
"Ehh... Berani nyubit Kak Andi ya? Sakit tau.." jawabku sambil pura-pura menunjukkan rona muka kesakitan.

Kukejar dia yang mencoba menghindar dan berlari kecil dariku. Tiba-tiba Imah terjatuh di karpet ruang tamu karena tersandung pinggiran sofa, akupun tidak kehabisan akal, kuikuti dia dan ikut pula pura-pura terjatuh dan menindih tubuhnya yang telentang di karpet ruang tamu. Tubuhku merapat dengan tubuhnya, dadanya yang tidak terlalu besar tapi sexy itu naik turun seakan menahan gejolak, bagi gadis remaja yang mulai beranjak dewasa itu.

Kupandangi mata dan bibirnya yang merakah itu, spontan saja kubelai lembut rambut dan keningnya, tidak ada gerakan penolakan darinya.. Bahkan ketika kucium bibirnya dan melumatnya dengan penuh bernafsu.. Imah tidak menolak, bahkan melayani pagutan demipagutan bibirku. Lidah kami slaing mnejelajah dan nafas kami berdua mulai tak teratur, dan terdengar menderu terpacu birahi. Tanganku bergerilya dibalik kaosnya, dengan lihai kubuka ikatan tali bra miliknya yang menutupi kedua buah dadanya.

Terasa detak jantung Imah berdegup keras, mungkin dia belum pernah diperlukan seperti ini oleh lelaki ataupun pacar-pacarnya dulu. Kuangkat kaosnya sebagian keatas, hingga kini buah dadanya terlihat jelas dipelupuk mataku, sambil terus kupagut bibirnya, kuremas lembut payudaranya dari bawah sampai puncak putingnya. Imah menggelinjang hebat dan mulai mendesah hebat sambil memejamkan matanya..

"Ahh.. Kak.. Ann.. Ouhh" desahnya membuat libidoku makin meninggi.

Lalu lidahku turun kelehernya.. Kebelahan dadanya.. Dan akhirnya kujilati dan kusedot teteknya yang mulai mengeras.

"Arghh.. Kakk.. Ughh.. Mphh.." Imah mendesah penuh nimat, sambil terus kujilat dan kusedot putingnya, kubuka celana pendeknya, hingga Imah hanya mengenakan celana dalamnya saja yang berwarna biru. Kuraba permukaan vaginanya yang masih tetutup CD, kuremas-remas pelan dan kusodok-sodok dengan jari jemariku yang lihai menggerayangi mekynya.

"Uhh.. Kak.. An.. Di.. Ahh.. Aduhh.. Kak.. Kok. Gi.. Ni sih ahh.. E.. Nakk.. Ohh.." Imah sudah mulai meracau tak kuasa menahan nikmat yang menghinggapi sekujur tubuhnya. Kubuka celana panjangku dan kutuntun tangannya untuk menggengam penisku., kugerakkan tanganya agar membuat gerakan mengocok penisku yang sudah begitu snagat tegang dan tak sabar ingin meraih kenikmatan.

Kulepaskan celana dalamnya, yang tertinggal kini hanya mey-nya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Kuarah lidahku ke liang kewanitaannya, Imah terhenyak kaget dan matanya terbelalak, karena seumur hidup dia belum pernah diperlakukan seperti ini padanya.

"Kakk.., Uhh.. Ge.. Lii.. Ahh.. Kak.. Andi.. Mphh.. Geli.. Uohh.. Enak.. Me.. Mek Imah.. Ahh.." racau Imah tidak karuan, memeknya mulai basah pertanda birahinya sudah sangat memuncak. Kuarahkan penisku keliang vaginanya, sempit dan tertahan sesuatu..

"Kakk.. Arghh.. Sa.. Kiit.. Imah.. Takut Kak.." ujarnya terputus-putus antara sakit dan nimat.
"Takut apa Mah?" ucapku masih dengan nafas menderu.
"Imah takut hamil kakak.." ujarnya lagi.
"Kalau hanya sesekali tidak akan hamil Mah.." rayuku karena nafsuku sudah begitu membludak, diotakku hanya berkata bahwa hari ini aku harus mereguk kepuasan dari gadis ramping dan mulus ini.
"Ja.. Ngan disini Kak.. Imah takt.. Nan.. Ti ada orang.." nafasnya masih tak teratur.
"Jadi Imah mau kita ke hotel? Emangnya Imah nggak kerja?" lanjutku.
Imah menggeleng, "Imah lagi off Kak.." karena dia bekerja sebagai SPG di sebuah mall makanya liburnya justru pada saat hari kerja.

Kupacu motorku kedaerah menteng, dan kucari hotel yang bertaraf sedang, tidak terlalu mewah tapi cukup untuk berdua tuntaskan hasrat, dalam hati aku tertawa, gila.. Dulu hotel ini kupakai bersama Iis, kini dengan Imah adiknya walau mereka berasal dari dua bapak yang berbeda. Kuparkir motorku dan bergegas menuju resepsionis, agak tergesa memang, karena nafsuku yang sempat membludak tadi menjadi tertunda.

Sesampai dikamar hotel kulumat rakus bibirnya dan smabil dengan posisi berdiri kami tanggalkan semua pakaian yang melekat ditubuh kami. Bagai dua orang yang sangat haus dan lapar akan seks, kami berdua saling bercumbu dan berguling diranjang hotel yang empuk, kini Imah benar-benar meluapkan nafsunya karena sudah tidak ada lagi rasa khawatir di didrinya akna ada orang yang melihat. Kujilati tetenya yang mengeras dan kusedot putingnya membuat Imah mendesah dan meracau sejadi-jadinya.

"Kakaak An.. dii ahh.. Teruuss.. Terussiin kaka.. Auhh.. Imahh enakk nihh.." Imah menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan benar-benar kewalahan akan seks dan kenikmatan yang baru direguknya.

Kujilati memeknya yang basah oleh cairan, kujelajahi liang surgawinya dengan lidahku dan sesekali menghisap dan menggigit kecil klitorisnya, tubuhnya menggelepar.. Tanganya meremas rambutku dan Imah menggigit bibirnya saking nikmatnya. 10 menit berlalu dan jilatanku pada memeknya makin liar dan menjadi-jadi. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, tangannya mencengkram rambutku begitu kuat, setengah histeris Imahh berteriak dan mendesis..

"Ahh.. Kaa.. Imaahh.. Ke.. Luarr.. Ahh.."

Lalu semenit kemudian tubuhnya lunglai dan terkulai lemas diranjang. Kubiarkan Imah menikamti orgasmenya.. Kujilati tetenya dan sesekali kuciumi bibirnya, sampai akhirnya libidonya kembali bangkit. Kuarahkan penisku kemulutnya, Imah sempat menggelemg tidak mau melakukannya.

"Imah belum.. Pernah Kak.." ucapnya pelan.
Aku tersenyum dan berkata, "Pelan-pelan Mah.. Kak Andi ajari.."


Pertama Imah mengoral penisku terasa giginya mengenai batang penisku dan membuat ngilu, tapi 5 menit kemudian dia sudah lihai dan benar-benar pandai mengocok penisku dimulutnya.. Penisku makin mengeras dan Imah makin ketagihan dan makin cepat mengocok penisku didalam mulutnya, aku mengerang penuh nikmat..

"Arghh.. Imah.. Oh.. Ka.. Mu pintarr.. Sayaang.. Ohh.. Iya teruss.. Enaak.." racauku.

Kukeluarkan penisku dari mulutnya, lalu kuarahkan pada vagina yang sudah licin setelah orgasmenya yang pertama tadi, kini penisku setengah masuk ke memeknya..

"Ouh.. Maasih.. Sa.. Kit Kak..". ucap Imah denga wajah meringis..

Kutarik keluar pelan-pelan.. Lalu kuhujamkan lagi lembut, makin lama penisku makin terbenam kedalam liang memeknya yang sempit.. Dan ketika kurasa tinggal sedikit lagi kutekan agak keras..

"Ahh.. Kakk.. Imah setengah menjerit"

Karena kaget ketika seluruh penisku amblas didalam liangnya. Kumaju mundurkan pantatku, dan terdengar suara decakan dari liang surgawinya, kugoyang sedikit penisku sehingga membuat memek Imah berdenyut-denyut.

"Ahh.. Kakakk.. Enaak.. Kak.. Benerr.. Dehh.. Uhh.. Teruss.. Imah.. Inginn.. Ini.. Teruss.. Ahh," racau Imah lagi.

Kugenjot makin cepat.. Cepat dan cepat..

"Imahh.. Ohh.. Memekmu sempit mah.. Uhh.. Nikmatt" desahku ke enakan..
"Kak andi.. Ihh.. Kok ginii sihh.. Enakk bangett.. Ahh.. Imahh nggak tahaan nih.. Kakk.." Imah mendesah hebat.

Genjotan penisku di liang memeknya makin menggila dan kurasakan penisku mulai berdenyut-denyut siap memuntahkan sprema. Tubuh Imah bergetar dan mengejang hebat..

"Kakk.. Ahh.. Teruss.. Dikiit lagi.. Imahh mau.. Keluarr lagii.. Ouhh," desah Imah panjang mengiringi orgasmenya.

Akupun ingin tuntaskan permainanku dan mencapai orgasme.. Aku menggeram hebat dan nafasku makin menderu..

Baca Juga : Cerita Dewasa Seorang Janda Kesepian

"Aku.. Ju.. Ga.. Ma.. Uu.. Keluarr Mahh.. Arhh"

Tubuhku terkulai lemas diatas tubuhnya, kami bersimbah peluh dan saling tersenyum penuh nikmat. Kamipun melakukannya lagi dan benar-benar memuaskan dahaga seks kami berdua hingga siang berganti malam.


Sabtu, 27 Mei 2023

Cerita Dewasa Kunikmati Payudara Tanteku Didalam Warung

  

PUJA88 > Cerita Dewasa Kunikmati Payudara Tanteku Didalam Warung - Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

Tak hanya di situ saja, kadang tanteku ini senang menggunakan pakaian tidur yg model terusan slim tanpa menggunakan bra & itu sering sekali kulihat saat di pagi hri. Terlebih saya sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan & itu otomatis diwaktu beliau menunduk menampakkan gunung kembarnya yg agak gede & montok. faktor ini dilakukan sebelum dirinya menyiapkan kebutuhan sekolah anaknya, jika om-ku rata rata tak ada di rumah lantaran sering bertugas diluar kota selama 4 hri.

Sempat saya melamunkan gimana rasanya seandainya saya melakukan persetubuhan dgn tanteku itu, tetapi hasilnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu bisa terkabul disaat saya sedang menumpang nonton Televisi di rumah tanteku pada siang hri di mana ke3 anaknya sedang sekolah & om-ku sedang bertugas ke luar kota pada pagi harinya.

Kejadian itu berlangsung disaat saya sedang melihat Televisi sendirian yg bersebelahan dgn warung tanteku. Kala itu saya mau mengambil rokok, saya langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang posting sesuatu, barangkali menulis barang belanjaan yg dapat dibelanjakan kelak.
“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar belakangan ya!” sapaku terhadap tanteku.
“Ambil saja, Ko!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yg tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dgn posisi membungkuk.

Dikarenakan toples rokok ketengan yg bakal kuambil ada disebelah tanteku tidak dengan sengaja saya menyentuh buah dadanya yg kebetulan tidak dengan menggunakan BH.
“Aduh! hati-hati dong kalau ingin mengambil rokok. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yg sebelah samping kirinya.
Tapi lantaran tak menggunakan BH, terlihat dgn terang pentil susu tanteku yg cukup agung itu.
“Maaf Tan, saya tak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak agar dada Tante tak sakit gimana!” tawarku pada tanteku.

“Ya sudah, sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.
Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja.
“Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan.

Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.
Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku.
“Diko! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju.
Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu.
“Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya.
“Jangan… Diko… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku.
Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.

Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan ukuran kemaluanku apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat.
“Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang kemaluanku.
Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan sedikit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah.

Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya.
“Ah… ahhh.. Diko, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan surga tanteku.

Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku. Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan sedikit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya. Agak susah memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya.

“Pelan-pelan ya, Diko!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku.
Ketika baru masuk kepala memekn tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya.
“Diko… akh…” jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke pinggangku.
Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku.
“Dikeluarkan di dalam saja, Dik!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara beraturan.
“Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya.

Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya.
“Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku.
“Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang dari lubang kemaluannya.

Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga.
“Diko! kamu nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang kok, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku.
Tanteku akhirnya berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku yang lumayan besar ini.

Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat sekolah. Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di luar daerah.

 

 

Kamis, 25 Mei 2023

Cerita Dewasa Pemuas Nafsu Tante Girang

PUJA88 > Cerita Dewasa Pemuas Nafsu Tante Girang - Hari itu aku sedang sibuk menyelesaikan salah satu proyekku untuk sebuah perusahaan tekstil. Iseng-iseng untuk refreshing, aku buka e-mailku, dan membalas e-mail yang masuk. Ada beberapa e-mail ucapan terimakasih dari mereka yang telah sukses mengikuti langkahku menggeluti bisnis wiraswasta ini. Ada juga e-mail dari calon pelanggan meminta proposal. Juga ada beberapa e-mail joke dari teman-temanku.



Sedang asyik-asyiknya membaca dan membalas e-mail, tiba-tiba HPku berbunyi..


“Yang.., sedang apa nih? Aku kangen..” suara Monika pacarku terdengar di ujung sana.

“Hai Mon.., biasa sedang nyelesaiin kerjaan nih. Kamu masih kuliah ya?”

“Iya.. Lagi nunggu kelas berikutnya. Nanti malam jadi khan?”

“Pasti donk.. Aku juga kangen banget sama kamu..” jawabku mesra.

“Iya deh.. Udah dulu ya yang.. Dosennya udah datang.. Bye..”


Aku pun kemudian melanjutkan membalas e-mail. Setelah itu, kututup program e-mailku, dan akupun kembali mengerjakan proyekku. Lagi-lagi HP-ku berbunyi. Kulihat di layar, ternyata tante Sonya menelponku.


“Halo Wan.., apa kabar sayang?”

“Baik tante..”

“Kamu kok udah beberapa hari ini nggak main ke sini? Sedang sibuk ya?”

“Iya tante..”

“Sombong ya.. Mentang-mentang banyak proyek lupa sama tante..”

“Nggak tante.. Kan..”


Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, tante Sonya sudah memotong pembicaraanku..


“Wan.. Tante punya teman.. Dia katanya punya proyek buat kamu. Kamu hubungi dia hari ini ya..”

“Baik tante..”


Tante Sonyapun kemudian memberikan nama dan alamat serta nomor telepon temannya.


“Asal jangan lupa kamu harus ke sini besok. Tante sudah kengen..”

“OK tante.. Terimakasih ya. Besok pasti Wawan ke sana. Kangen juga sama tante yang seksi abis..” jawabku bercanda.

“Ih.. Kamu nakal ya.. Awas ya besok..” jawabnya sambil tertawa kecil.


Memang aku sudah ketagihan berhubungan seks dengan tante Sonya. Semenjak bertemu saat membeli mobilnya dulu, seringkali kami tetap bertemu dan saling memuaskan birahi masing-masing. Sebagai lelaki normal, siapa juga yang akan menolak diajak berselingkuh dengan tante secantik itu.


Sambil memegang secarik kertas berisi nama teman tante Sonya, akupun berpikir apakah aku masih punya waktu untuk menerima proyek baru lagi. Sebab setelah proyek untuk perusahaan tekstil ini masih ada dua proyek lagi yang harus aku selesaikan. Tetapi kupikir aku terima saja, nanti kalau tidak bisa mengerjakannya sendiri, aku bisa minta tolong temanku yang dulu mengenalkanku pada bisnis ini untuk membantu. Alternatif lain, aku bisa minta deadline yang agak panjang dari teman tante Sonya ini.


Singkat cerita, sore itu aku segera bergegas menuju alamat sebuah gallery di kawasan Kemang. Setelah mengutarakan maksud kedatanganku pada satpam yang membuka pintu, akupun memasukkan mobilku ke dalam pekarangan gallery yang luas itu.


“Sore.. Saya ingin bertemu dengan ibu Yulia..”

“Oh.. Ya silakan tunggu dulu ya Mas.. Namanya siapa darimana?” jawab resepsionis di gallery itu.

“Wawan.. Saya sudah punya janji kok”


Resepsionis itupun kemudian menelepon, dan setelah itu berujar..


“Mari Mas, saya antar ke dalam”


Kamipun menuju ruang kantor ibu Yulia sambil melewati ruang gallery. Gallery tersebut indah sekali dengan banyaknya lukisan yang bagus-bagus diterpa lampu sorot sehingga menambah keindahannya.


“Permisi Bu.. Ini Mas Wawan” kata si resepsionis setelah kami memasuki ruangan kantor ibu Yulia.


Kuperhatikan ternyata ibu Yulia ini masih muda, mungkin sekitar 30 tahunan. Wajahnya cantik dan berkulit putih mulus. Saat itu dia memakai gaun dengan tali tipis di pundaknya, serta syal yang melingkar indah di lehernya yang jenjang. Gaun itu tampak tak sanggup menahan payudaranya yang membusung padat. Ditambah dengan gaun mininya yang memperlihatkan kakinya yang mulus, menambah darah mudaku bergejolak melihatnya.


“Hai Wawan.. Saya Yulia”


Kurasakan tangannya yang lentik itu halus menjabat tanganku.


“Ayo silakan duduk..” katanya mempersilakanku duduk di sofa dalam ruangan kantornya.


Ibu Yuliapun kemudian duduk di seberangku. Kamipun berbincang basa-basi sebentar. Ternyata dia adalah teman fitness tante Sonya. Tante Sonya telah bercerita banyak tentangku termasuk bisnisku.


Kamipun kemudian berbincang lebih serius mengenai bisnisku. Untuk melihat penjelasanku yang menggunakan notebook, ibu Yuliapun pindah duduk di sebelahku. Tubuhnya menyebarkan wangi parfum yang lembut, menambah bergejolaknya nafsu kelelakianku. Sambil berbincang, sesekali kulihat belahan payudaranya yang putih mulus tersembul dari gaunnya. Ingin rasanya kuremas payudaranya yang menggemaskan itu, tetapi aku tentu harus bersikap professional.


Singkat kata, ibu Yulia tertarik dan menyetujui harga yang kuminta. Iapun memintaku untuk menyiapkan kontrak kerja untuk disetujui bersama.


“Tapi saya minta sedikit kelonggaran waktu ya Bu.. Soalnya saya masih ada beberapa proyek yang harus diselesaikan” kataku.

“Oh.. Begitu ya.. Berapa lama punya saya selesainya?”

“Kira-kira satu bulan ya Bu..”

“Ok deh.. Nggak apa..” katanya

“Oh ya kamu mau minum apa Wan?”

“Apa aja deh..”


Ibu Yulia pun kemudian menelepon pembantunya dan meminta dua orange juice.


“Kamu masih kuliah ya Wan”

“Masih Bu.. Tahap akhir”

“Oh.. Kamu jangan panggil saya Bu.. Saya masih muda lho.. Panggil saja tante”

“Oh iya tante”


Akupun terenyum dalam hati. Persis pengalamanku dengan tante Sonya dulu yang tidak mau dipanggil ibu. Pembantu tante Yulia kemudian masuk menyajikan minuman.


“Ayo diminum Wan” kata tante Yulia saat si pembantu beranjak pergi.


Tante Yulia lalu bangkit mengikuti pembantunya kemudian menutup pintu ruang kantor dan menguncinya. Kembali tante Yulia duduk di sebelahku sambil meminum orange juicenya. Pahanya yang putih mulus tampak begitu menggoda saat dia menumpangkan kakinya. Akupun tak tahan untuk tidak melihat pemandangan indah itu.


“Sedang lihat apa Wan?” katanya sambil tersenyum manis.

“Oh nggak kok tante..”

“Ayo kamu sedang mikir yang jorok ya..” katanya lagi menggoda.

“Nggak kok tante.. Cuma kagum aja.. Habis tante cantik banget..”

“Ih.. Kamu genit juga ya.. Pinter merayu” godanya lagi.


Tangannya kemudian meraih tanganku dan diletakkannya di atas pahanya.


“Kamu pengin ini kan?” sambil berkata begitu tante Yulia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.


Tak kuat menahan nafsu yang sedari tadi telah bergolak, kubalas ciuman tante Yulia dengan penuh gairah. Sambil berciuman, kuremas dan kuusap pahanya yang mulus itu, sementara tanganku yang lain mengusap-usap rambutnya.


“Ehh..” erang tante Yulia ketika tanganku menyentuh celana dalamnya yang telah basah.


Erangannya makin menjadi-jadi ketika tanganku menyibakkan celana dalam itu dan menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitoris tante cantik ini, dan cairan vaginanya semakin mengucur deras.


“Ahh.. Enak Wan.. Memang betul kata Sonya kamu hebat.. Terus Wan” erangnya lebih lanjut.


Sementara tanganku masih mengusap-usap vaginanya, akupun menciumi pundak putih tante Yulia. Kemudian kuturunkan tali gaunnya sehingga payudaranya tampak meskipun masih terbungkus BH. Kuturunkan cup BH-nya dan payudaranya yang padat meloncat keluar seperti menantangku untuk menghisapnya. Langsung kuterkam payudara kenyal itu dan kuisap serta kujilati putingnya yang berwarna merah muda.


“Ahh.. Yess.. I like it.. Oh god..” erangan tante Yulia semakin menjadi memenuhi ruangan kantor itu.


Terus kujilati puting yang semakin mengeras itu, dan tanganku yang satu masih terus memberikan kenikmatan pada klitorisnya.


“Oh Wan.. Yes.. Terus wan.. Oh.. God” racau tante Yulia merasakan nikmat yang kuberikan.


Setelah itu aku menghentikan sejenak aktifitasku. Tampak wajah tante menampakkan kekecewaannya


“Wan.. Don’t stop please.. Ayo terusin wan..” pintanya

“Takut ketahuan tante.. Emang nggak ada siapa-siapa nih?” kataku sambil menciumi wajahnya yang cantik.

“Nggak ada.. Cuma pembantu sama satpam aja.. Mereka juga nggak akan tahu.”

“Suami tante?”

“Nggak ada.. Sedang ke luar negeri.. Ayo Wan.. Puasin tante ya sayang..” katanya sambil mendorong kepalaku ke arah payudaranya yang montok itu.


Kuisap dan kukulum puting payudara tante Yulia. Bergantian kuhisap sepasang payudaranya. Tante Yulia kembali mengerang dan badannyapun menggeliat menahan nikmat.


Setelah puas menikmati payudara montok tante Yulia, akupun mengangkat gaunnya sehingga tampak celana dalam mininya yang seksi berenda. Kulepas celana dalam itu, sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu sedikitpun. Langsung kujilati dan kuciumi vagina tante Yulia, sehingga tubuhnya agak melonjak dari sofa.


“Ahh.. Wan.. Yes.. Ohh..” erang tante Yulia. Sambil mengerang, tubuhnya tampak sedikit melengkung ke belakang menahan nikmat. Tangannya tampak meremas-remas payudaranya sendiri.


Kubuka lebih lebar paha tante Yulia, dan kujilati dan kadang kugigit perlahan klitorisnya. Sementara tanganku menggantikan tangannya untuk meremas-remas sepasang payudaranya yang kenyal itu. Ruangan semakin dipenuhi oleh erangan tante Yulia, dan juga bunyi sofa karena gerakan tubuhnya yang mengeliat-geliat nikmat.


Tiba-tiba HP tante Yulia berbunyi. Kamipun tak mempedulikannya dan aku terus memberikan kenikmatan oral pada tante yang cantik ini. Tetapi bunyi HP terus berbunyi..


“Shit.!!” maki tante Yulia.

“Sebentar ya Wan.”


Tante Yulia pun bangkit dari sofa dan berjalan ke meja kerjanya. Diraihnya HP dan dijawabnya dengan nada kesal.


“Ya.. Ada apa?”

“Aku baik-baik aja dear.., sedang sibuk untuk pameran minggu depan” jawabnya sambil kembali duduk di sofa.

“Kamu sendiri gimana di Kuala Lumpur?” sambil berkata begitu tangan tante Yulia meraih kepalaku yang masih berjongkok di depan sofa dan mendorong ke arah tubuhnya.


Akupun mengerti kemauannya. Kembali kusibakkan gaunnya dan mulutku kembali menciumi dan menghisapi bibir vaginanya. Kemudian kutelusuri vaginanya dengan lidahku, untuk kemudian kuhisap-hisap kembali klitorisnya.


“Iya dear.. Hmm.. Udah dulu ya.. Aku banyak kerjaan nih.. I love you..” sambil berbicara tangannya mengusap-usap rambutku.


Kulihat tante Yulia menggigit bibirnya sendiri menahan erangannya, agar suaminya di ujung telepon tidak curiga.


“Iya.. Nggak apa.. Aku bisa jaga diri kok.. Ok.. Bye dear..” setelah menutup HP-nya, erangan tante Yulia yang tadi terpaksa ditahannya langsung meledak.

“Oh.. God.. Terus Wan.. Yes..” Semakin cepat kujilati klitoris tante Yulia.

“Ahh.. Wan.. Kamu hebat.. Aku keluar Wan.. Ohh..my godd..”


Tubuh tante Yulia mengelinjang hebat dan cairan vaginanya semakin mengucur banyak. Terus kuhisap dan kuciumi vagina indah tante Yulia yang cantik ini, sampai tubuhnyapun lemas terhempas di atas sofa. Kuraih tisu di atas meja dan kubersihkan mulutku dari cairan nikmat tante Yulia. Kemudian kuhabiskan sisa orange juiceku, dan kuambil dan kuberikan orange juicenya.


“Minum dulu tante” kataku.

“Thank you Wan.., aduh belum pernah tante orgasme kayak tadi.. Kamu benar-benar laki-laki Wan..” Lalu diteguknya orange juicenya sampai habis.

“Sekarang giliran kamu ya..” katanya


Dimintanya aku berdiri di depannya. Tante Yulia yang masih duduk di sofa lalu membuka celana panjangku. Aku pun membuka kemejaku, dan tak lama akupun tinggal bercelana dalam di depannya.


“Kata Sonya punyamu besar ya Wan” katanya sambil tersenyum menggoda.


Tangannya kemudian menanggalkan celana dalamku, dan penisku yang memang lumayan besar itupun mencuat keluar dengan gagahnya sampai hampir mengenai wajahnya yang cantik.


“Oh.. God.., besar banget Wan.., I like it..” katanya sambil mengelus-elus kemaluanku dengan jemari tangannya yang lentik.


Sambil mengocok perlahan penisku, wajah tante Yulia mendekat dan tak lama lidahnya telah menjilati batang penisku.


“Ah.. Tante..” erangku ketika kepala penisku dijilatinya.


Sambil menjilati kepala penisku, tante Yulia meremas-remas buah zakarku sambil matanya menatapku nakal menggoda. Kemudian dibukanya mulut mungilnya dan dikulumnya penisku. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku ketika tante Yulia menggerakkan kepalanya maju mundur menghisapi penisku. Kuremas-remas kepalanya sambil merasakan kehangatan mulut tante muda yang cantik ini.


Tampak tante Yulia begitu menikmati penisku. Dihisap, dijilati dan diremasnya penisku dengan penuh gairah. Sesekali gumaman nikmat terdengar dari mulutnya saat dia mengulum penisku. Sedangkan erangankupun semakin keras terdengar memenuhi ruangan kantor gallery itu.


“Now.. Please fuck me Wan.. Aku pengin ngerasain barangmu yang gede itu.” katanya sambil bangkit berdiri.


Dia pun kemudian berbalik membelakangiku. Kuciumi lagi pundaknya dan kuremas payudaranya. Kemudian tante Yulia memposisikan dirinya sehingga dia menungging di atas sofa tamu. Kusibakkan gaunnya dan kuarahkan penisku ke liang vaginanya.


“Oh.. God..” erangnya ketika kepala penisku mulai masuk menyesaki liang vaginanya yang sempit. Kudorong tubuhku sehingga peniskupun masuk lebih dalam, dan mulai kupompa vagina tante muda ini.

“Ahh.. Yes.. Fuck me.. Fuck me.. Yes.. Yes..” erang tante Yulia setengah menjerit. Payudaranya tampak bergoyang-goyang menggemaskan karena gerakan tubuhnya. Jepitan vagina sempit tante Yulia terasa begitu nikmat di sepanjang penisku. Sambil memompa tubuhnya, sesekali kuremas payudaranya yang menggantung menggemaskan.


Setelah beberapa menit kami bersetubuh dengan doggy-style, akupun kemudian duduk di sofa. Tante Yulia segera menaiki tubuhku dan kami kembali bersetubuh dengan duduk saling berhadapan. Dengan posisi ini, aku leluasa untuk kembali menikmati payudaranya yang montok itu. Tante Yulia menaik-turunkan tubuhnya di pangkuanku, dan tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat dan padat.


“Wan.. Wan.. Aku hampir keluar lagi wan.. Oh.. God..” erang tante cantik ini.


Aku lalu kembali menghisapi payudaranya sambil tanganku mendekap erat punggungnya. Sambil tanganku yang lain memegang erat pantatnya, aku lalu menggenjot cepat penisku dalam liang vaginanya.


“Ahh.. Ahh.. God.. God.. Ahh..” jerit tante Yulia mendapatkan orgasmenya yang kedua.


Butir keringat tampak mengalir membasahi wajahnya yang cantik dan sebagian menetes ke payudaranya yang indah. Akupun terus menggenjot tubuhnya dan tak lama akupun merasa akan segera menyemburkan spermaku dalam liang vaginanya.


“Hmmhh..” erangku tertahan saat orgasme, karena mulutku masih menghisapi payudara tante Yulia.


Banyak sekali spermaku yang menyembur ke dalam vagina tante Yulia. Mungkin karena aku begitu terangsang melihat wajahnya yang cantik serta bodynya yang seksi. Setelah itu akupun melepaskan dekapan eratku di tubuh tante cantik pemilik gallery ini. Tubuhnyapun rubuh lemas di samping tubuhku.


“Tante puas banget Wan.. Belum pernah dapat yang seperti tadi dari suami tante”

“Wawan juga puas banget tante. Tante cantik banget sih”

“Ih.. Kamu bisa aja” jawabnya sambil mencubit tanganku.


Baca Juga : Cerita Dewasa Hilangnya Keperjakaanku


Kami pun beristirahat beberapa saat, sebelum aku pamit pulang karena ada janji dengan pacarku. Aku pun berjanji akan mengirim draft surat kontraknya lewat e-mail sesegera mungkin.


“Jangan lewat e-mail Wan.. Kamu bawa aja sendiri.. Mumpung suamiku belum pulang.. Aku tunggu ya.” katanya sambil tersenyum manis.


Cerita Dewasa Bersama Resepsionis Cantik

PUJA88 > Cerita Dewasa Bersama Resepsionis Cantik - Aku sekarang berumur 37 tahun dan berprofesi sebagai direktur di sebuah perusahaan sw...